Ia juga memberi peringatan bahwa jika kita tidak menjaga dan memelihara sumber air, itu dapat membawa malapetaka. Oleh karena itu, menjaga pohon-pohon yang menjadi sumber air adalah suatu keharusan.
"Filosofinya adalah untuk mengingatkan akan pentingnya merawat dan melestarikan mata air. Tradisi ini sudah ada sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu," jelas Suhada pada Minggu, 8 Oktober 2023.
Makna di Balik Tradisi Kawin Cai
Seorang seniman dan budayawan terkemuka di Kuningan, Nding Masku, menjelaskan bahwa tradisi Kawin Cai masih erat kaitannya dengan cerita Begawan Resi Makandria yang pernah bertapa di Balongdalem.
Di tempat tersebut, Begawan Resi Makandria, yang juga dikenal sebagai Sang Kebo Wulan atau Sang Tari Wulan, memiliki pengalaman unik.
Menurut cerita, Resi Makandria melihat sepasang burung Si Uwur-uwur dan Si Naragati bersarang di tempat yang biasa digunakan untuk bersuci olehnya.
Namun, anak burung tersebut dimakan oleh induk jantan atau bapaknya. Induk burung betina marah dan mengatakan bahwa sangat hina jika tidak memiliki anak. Mereka mengaitkan keberadaan Resi Makandria dengan ketidakmampuannya memiliki keturunan.
Baca Juga: Rekomendasi Cemilan Enak di Kota Bogor, Cocok Oleh-oleh Keluarga di Rumah
Tergerak oleh kata-kata burung tersebut, Resi Makandria merasa malu dan mencari bantuan dari Resi Manikmaya di Kendan untuk mendapatkan calon istri dan keturunan. Resi Manikmaya menawarkan calon istri yang tak lain adalah anaknya sendiri, Pwah Aksari Jabung.