Sejarah Hari Kartini 21 April, Perjuangan Tokoh Emansipasi Wanita yang Bermula dari Tulisan Belanda

- 20 April 2021, 08:33 WIB
Sejarah Hari Kartini 21 April. /Kembdikbud/
Sejarah Hari Kartini 21 April. /Kembdikbud/ /

PR BOGOR - Hari Kartini selalu diperingati setiap tanggal 21 April setiap tahunnya.

Yang mana 21 April merupakan hari kelahiran dari Raden Adjeng (R.A.) Kartini sendiri.

R.A. Kartini selama ini dikenal sebagai tokoh pahlawan yang giat memperjuangkan emansipasi wanita.

Baca Juga: Ingin Tukar Uang Rp75 Ribu UPK 75 Tahun RI Khusus THR? Cek Persyaratannya dan Login ke Pintar.bi.go.id

Bagi R.A. Kartini, baik lelaki maupun perempuan memiliki derajat yang setara.

R.A. Kartini lahir dengan nama lengkap Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah.

Ia berasal dari keluarga bangsawan dari seorang ayah yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai Bupati Jepara.

Baca Juga: Revitalisasi Islamic Center Surabaya, Gubernur Jatim Minta Ridwan Kamil Jadi Arsiteknya

Sementara ibunya, M.A. Ngasirah, hanyalah seorang rakyat biasa yang merupakan anak seorang kiai atau guru agama di Telukawur, Jepara.

Silsilah keluarga Kartini dari garis keturunan ayahnya diketahui adalah keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono VI dan jika ditelusuri ke atas merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit.

R.A. Kartini menempuh pendidikannya di ELS (Europese Lagere School). Satu di antara pelajaran yang dijalani ialah bahasa Belanda.

Baca Juga: Hadir Bareng Menpora di Semifinal Piala Menpora 2021, Ketum PSSI 'Optimis Liga 1 akan Kembali Bergulir'

Namun karena pada masa itu anak perempuan harus tinggal di rumah untuk ‘dipingit’, maka Kartini hanya bisa menyelesaikan sekolah hingga usia 12 tahun.

Sejarah perjuangan R.A. Kartini dimulai ketika ia belajar sendiri dan mulai menulis surat-surat kepada teman korespondensinya yang kebanyakan berasal dari Belanda, satu di antaranya ialah Rosa Abendanon.

Dari Abendanon, Kartini mulai sering membaca buku-buku dan koran Eropa yang membangkitkan api semangatnya, yaitu tentang kemajuan berpikir perempuan Eropa.

Baca Juga: Jadwal Acara TV SCTV 20 April 2021: Saksikan Mutiara Quraish Shihab, Magic Tasbih, dan FTV

Di sanalah keinginannya muncul untuk memajukan perempuan pribumi yang saat itu berada pada status sosial yang amat rendah.

R.A. Kartini diketahui sangat gemar membaca. Bacaannya mulai dari buku-buku karya Louis Coperus "De Stille Kraacht", karya Van Eeden "Augusta de Witt" serta berbagai roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa Belanda. Selain itu juga sering membaca harian surat kabar dan majalah berbahasa Belanda.

Buku-buku tulisan belanda tersebut membuat pikirannya makin terbuka pikiran dan semakin maju.

Baca Juga: Update Harga Emas Hari Ini Selasa, 20 April 2021 di Pegadaian: Mulai Antam, UBS hingga Retro

Kartini kemudian menikah dengan Bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat pada tanggal 12 November 1903.

R.A. Kartini juga mendirikan Sekolah Wanita bernama "Sekolah Kartini" di Semarang pada 1912 dan membuka cabang di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.

R.A. Kartini memiliki cita-cita melihat perempuan pribumi dapat menuntut ilmu dan belajar seperti sekarang ini. 

Baca Juga: Jadwal Acara TV Trans7 20 April 2021: Jangan Lewatkan Kisah Para Nabi, Kisah Nabi Muhammad dan Sehat Ala Nabi

Kartini wafat pada 17 September 1904. Namun, Wafatnya R.A. Kartini tidak serta-merta mengakhiri perjuang R.A. Kartini semasa hidupnya.

Teman Belandanya, Abendanon, membukukan seluruh surat Kartini dan diberi nama Door Duisternis tot Licht yang secara harfiah berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku ini diterbitkan pada tahun 1911 dan cetakan terakhir ditambahkan surat “baru” dari Kartini.

Kemudian pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi translasi buku dari Abendanon yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran” dengan bahasa Melayu.

Baca Juga: Tren Covid-19 Turun, PPKM Mikro Diperpanjang Mulai Hari Ini 20 April-3 Mei 2021, Diperluas ke 5 Wilayah

Pemikirannya banyak mengubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap wanita pribumi ketika itu.

Sehingga, Presiden Soekarno pun mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964, pada tanggal 2 Mei 1964, yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Hari lahir Kartini, 21 April, juga ditetapkan oleh Soekarno sebagai peringatan Hari Kartini hingga saat ini.***

 

Editor: Yuni


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x