PM Israel Penjajah Netanyahu Tolak Hentikan Genosida Warga Gaza, Ini Respons AS

- 1 Mei 2024, 19:00 WIB
Warga Palestina berdiri di dekat lokasi serangan Israel di sebuah rumah, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah, di Jalur Gaza selatan.
Warga Palestina berdiri di dekat lokasi serangan Israel di sebuah rumah, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Rafah, di Jalur Gaza selatan. /Foto: Mohammed Salem/Reuters

PEMBRITA BOGOR - Pernyataan terbaru Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang rencana serangan darat di kota Rafah di Jalur Gaza membuat tegang di tengah-tengah upaya gencatan senjata.

Netanyahu bersikeras untuk melanjutkan aksi militer, bahkan tanpa kesepakatan, memicu kekhawatiran dari sekutu utama, Amerika Serikat (AS).

Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan tekadnya untuk menghilangkan batalyon Hamas. Sementara Hamas sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata, Netanyahu menjanjikan kemenangan total dan menolak untuk menghentikan genosida sebelum ia mencapai semua tujuannya.

Situasi semakin rumit dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang menyatakan bahwa tawaran Israel untuk gencatan senjata dianggapnya "luar biasa murah hati" kepada Palestina.

Namun, tekanan dari Washington semakin meningkat untuk menahan diri dari invasi darat ke Rafah, yang dipenuhi dengan warga sipil yang terlantar. 

Menurut Calev Ben-Dor, mantan analis untuk kementerian luar negeri Israel, komentar Netanyahu mungkin lebih terkait dengan upaya menjaga koalisi daripada rencana operasional.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyerukan pentingnya membebaskan sandera Isral penjajah yang ditahan oleh Hamas sebagai langkah penting dalam mengamankan bantuan bagi warga sipil Gaza.

Update Korban Tewas di Gaza

Warga Palestina menutupi jenazah, yang dimakamkan di kuburan massal, di utara Jalur Gaza, 15 April 2024.
Warga Palestina menutupi jenazah, yang dimakamkan di kuburan massal, di utara Jalur Gaza, 15 April 2024. /Foto: Reuters/Mahmoud Issa

Jumlah korban tewas di Jalur Gaza mencapai 34.568 warga Palestina sejak dimulainya serangan pada 7 Oktober 2023. Mayoritas yang tewas dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.

Sumber medis melaporkan empat pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza dalam 24 jam terakhir, menewaskan 33 orang dan melukai 57 lainnya.

Akibat agresi Israel, hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi dipaksa masuk ke kota Rafah yang padat.

Baca Juga: Ya Allah... PBB Bilang Butuh 14 Tahun Bersihkan Gaza dari Sisa Reruntuhan Serangan Israel Penjajah

Ini merupakan eksodus massal terbesar Palestina sejak Nakba 1948.***

Editor: Muhammad Rizky Suryana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah