Artikel ini telah tayang di Zonajakarta dengan judul 'Mantan Presiden Timor Leste: Australia Bak Mencoba Merampok Uang dari Seorang Wanita Tua!'.
Media internasional mulai lebih memperhatikan kekejaman yang terjadi di negara ini, terutama setelah Pembantaian Santa Cruz tahun 1991 di mana sedikitnya 250 demonstran pro-kemerdekaan ditembak militer Indonesia.
Dukungan untuk kemerdekaan Timor berkembang pesat di Portugal, Australia dan negara-negara Barat lainnya.
Pada tahun 1999, referendum kemerdekaan yang disponsori PBB sangat banyak disahkan dan mendorong kampanye teror yang disponsori negara Indonesia terhadap rakyat Timor Leste di mana diperkirakan 70 persen dari infrastruktur negara itu hancur saat itu.
Baca Juga: Konsumsi Rumah Tangga Masih Terperosot, Subsidi Gaji Rp600.000 Bakal Diperpanjang hingga 2021
Tahun itu pasukan penjaga perdamaian yang dipimpin Australia (INTERFET) membantu memulihkan perdamaian di Timor Leste. Setelah dua tahun pemerintahan transisi PBB, pada tanggal 20 Mei 2002, Republik Demokratik Timor Leste dideklarasikan sebagai negara baru pertama di abad ke-21.
Australia, ternyata disinyalir bukan tanpa alsan berdiri di belakang Timor Lesta yang tengah berjuang dari kemerdekaannya dari Indonesia.
Seorang warga Australia, Bernard Collaery, yang dikenal sebagai pendukung hukum Timor Leste membeberkan sejumlah fakta dibalik agresifitas negara kanguru itu terhadap kemerdekaan Timor Lesta.
Baca Juga: 'Anda akan Membayarnya', Isi Email Isabella Guzman untuk Sang Ibu Jelang Aksi Pembunuhan Brutalnya