Ledakan Beirut Tumbangkan Rezim, PM Lebanon Hassan Diab Undur Diri dan Singgung Korupsi Negaranya

- 11 Agustus 2020, 10:17 WIB
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Michel Aoun di istana presiden di Baabda, Lebanon.*/Dalati Nohra/ Handout/Reuters
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Michel Aoun di istana presiden di Baabda, Lebanon.*/Dalati Nohra/ Handout/Reuters /


PR BOGOR - Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengundurkan diri dari pemerintahannya, menyalahkan korupsi endemik atas ledakan dahsyat pekan lalu yang merobek ibu kota negara itu.

Dikutip Pikiranrakyat-bogor.com dari Al Jazeera, Presiden Michel Aoun menerima pengunduran diri Diab pada hari Senin 10 Agustus 2020, meminta pemerintah tetap dalam kapasitasnya sebagai pengurus sampai kabinet baru dibentuk.

Ketegangan memanas di negara itu setelah ledakan besar di pelabuhan Beirut terjadi hingga menewaskan sekitar 200 orang dan melukai 6.000 lainnya.

Baca Juga: Baiknya Jungkook BTS, Izinkan Keluarga ARMY Gunakan Toiletnya Saat Bekerja Jadi Teknisi Apartemennya

"Kejahatan ini adalah akibat dari korupsi yang lebih besar dari negara," kata Diab dalam pernyataan yang disiarkan televisi.

Sikap Diab mencerminkan bahwa dia mengambil langkah mundur sehingga dia bisa berdiri bersama rakyat dan berjuang untuk perubahan bersama. mereka.

"Saya hari ini menyatakan pengunduran diri pemerintah ini. Semoga Tuhan melindungi Lebanon," kata Diab, mengulangi kalimat terakhir tiga kali.

Baca Juga: Satu Saksi Djoko Tjandra Ada Hubungan dengan Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak

Perkembangan tersebut menyusul protes keras anti-kemapanan di akhir pekan di mana 728 orang terluka dan seorang petugas polisi tewas di tengah tindakan keras pasukan keamanan.

Demonstran berhadapan dengan pasukan pengamanan Lebanon pada 8 Agustus 2020. Unjuk rasa besar-besaran ini dipicu oleh kemarahan warga Lebanon yang memuncak pasca ledakan beirut 4 Agustus 2020 lalu.
Demonstran berhadapan dengan pasukan pengamanan Lebanon pada 8 Agustus 2020. Unjuk rasa besar-besaran ini dipicu oleh kemarahan warga Lebanon yang memuncak pasca ledakan beirut 4 Agustus 2020 lalu. AFP

Melalui analisis video dan gambar tanggapan keamanan tentara dan pria berpakaian sipil pada hari itu, serta pemeriksaan dokumen medis dan wawancara dengan dokter yang merawat para warga yang terluka, Al Jazeera menetapkan, pasukan keamanan melanggar standar internasional tentang penggunaan memaksa.

Reformasi politik dan ekonomi serta bencana 4 Agustus, yang disebabkan amonium nitrat yang sangat eksplosif yang disimpan di pelabuhan Beirut selama lebih dari enam tahun, menyulut kemarahan rakyat.

Baca Juga: Langgar Aturan PSBB, Pemprov DKI Jakarta Tegas Ancam Penutupan Karaoke Masterpiece di Mangga Besar

Menjungkirbalikkan politik di negara yang sudah berjuang dengan krisis ekonomi besar.

Kebanyakan orang Lebanon menyalahkan korupsi kepemimpinan mereka dan pengabaian atas ledakan tersebut. Padahal ledakan itu menyebabkan kerusakan hingga sekitar USD15 miliar dan menyebabkan hampir 300.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Sejak Oktober, telah terjadi demonstrasi massal, menuntut pengunduran diri dari seluruh kepemimpinan berbasis sektarian karena korupsi yang mengakar, ketidakmampuan dan salah urus.

Baca Juga: Dokter Gigi Gadungan di Bekasi Akhirnya Dibekuk Polisi, Dapat Untung Rp300.000-Rp400.000 Sehari

Akan tetapi oligarki yang berkuasa telah memegang kekuasaan begitu lama, sejak akhir perang saudara pada tahun 1990 sehingga sulit menemukan tokoh politik yang kredibel yang tidak tercemar koneksi dengan mereka.***

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah