Ketika Al-Jabri melarikan diri dari Kerajaan, kepala negara secara de facto mengirim pesan ancaman di WhatsApp, menuntut agar kembali ke Arab Saudi dalam waktu 24 jam.
Baca Juga: Selain di Drop Out dari Unair, Gilang Pelaku Fetish Kain Jarik Akhirnya Diringkus Polisi di Kalteng
Upaya untuk memikat mantan pejabat intelijen itu kembali termasuk penggunaan keluarganya sebagai umpan manusia.
Tak lama setelah pangeran mengancam akan mengirim pesawat pribadi untuk membawa Al-Jabri kembali ke Arab Saudi sambil juga mengarahkan penangkapan, penahanan dan penculikan anggota keluarga pembangkang, semua dalam upaya untuk memancingnya keluar dari persembunyiannya sehingga, diklaim, dia bisa dibunuh.
Ketika upaya ini gagal, pasukan pembunuh dikirim ke Amerika Utara untuk membunuhnya. Gugatan tersebut menuduh, para pembunuh mencoba memasuki Kanada, tempat Al-Jabri tinggal di pengasingan, dengan menggunakan visa turis.
Baca Juga: Menteri BUMN Disebut-sebut Berpotensi Jadi Capres 2024, Erick Thohir Beberkan Jawabannya ke Najwa
Rencana mereka menghindari deteksi petugas keamanan perbatasan Kanada gagal. Yang disebut Pasukan Harimau menimbulkan kecurigaan dan setelah penyelidikan lebih lanjut anggotanya ditemukan berbohong tentang mengapa mereka memasuki Kanada.
Dalam gugatan itu disampaikan, MBS tetap bertekad untuk menghilangkan Al-Jabri. Al-Jabri terus percaya, hidupnya dalam bahaya dan takut bahwa pangeran akan mengirim pembunuh ke Kanada melalui jalan darat dari AS untuk menyelesaikan pekerjaan.
Al-Jabri menjadi orang yang ditandai karena kedekatannya dengan komunitas intelijen AS dan pengetahuan intim tentang aktivitas MBS. Dia disebut-sebut berpotensi merongrong pengaruh dan dukungan Putra Mahkota di Gedung Putih Trump.