Tiongkok Klaim Vaksin Virus Corona Keluar Paling Cepat September, Digunakan dalam Keadaan Darurat

- 9 Juni 2020, 09:16 WIB
ILUSTRASI. Peneliti mencari vaksin covid-19.*
ILUSTRASI. Peneliti mencari vaksin covid-19.* //ANTARA

PR BOGOR - Tiongkok mengklaim memiliki vaksin virus corona yang siap dipasarkan pada musim gugur, di Bulan September 2020 mendatang.

Dikutip Pikiranrakyat-bogor.com dari SCMP, Selasa 9 juni 2020, informasi ini disampaikan langsung ahli pernapasan atas Tiongkok, Zhong Nanshan.

Zhong memperkuat pernytaan dari Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Gao Fu bahwa mereka sedang menyusun pedoman pennggunaan vaksin.

Baca Juga: Maskapai Saudi Arabian Airlines Terancam PHK 250.000 Pekerjanya, Kerajaan Diminta Tunda Pajak

Mereka menentukan siapa yang akan memenuhi syarat untuk menerima vaksin, kapan harus meminumnya, dan apa yang dimaksud dengan penggunaan darurat.

Kepala Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS, Antony Fauci, juga mengatakan, 100 juta dosis vaksin virus corona sudah siap pada akhir tahun bahkan sebelum akhir uji klinis.

Zhong mengatakan, kekebalan kawanan tanpa intervensi tidak dapat dicapai tanpa angka kematian yang tinggi.

Baca Juga: Pangeran Arab Saudi Diduga Kuat Meninggal karena Virus Corona, Ratusan Keluarga Kerjaan Terinfeksi

Karenanya ini menjadikan inokulasi satu-satunya cara yang layak untuk mendapatkan kekebalan kawanan.

"Kekebalan alami membutuhkan 60 hingga 70 persen populasi suatu negara untuk terinfeksi oleh virus corona baru, yang dapat menyebabkan korban jiwa 30 hingga 40 juta," kata Zhong.

"Satu-satunya solusi masih vaksinasi massal," ujarnya.

Baca Juga: Potongan Kaki Wanita di Depok Terbungkus Plastik Mengapung di Setu Pengarengan, Warga: Sudah 4 Hari

Menurutnya kekebalan tubuh masih tergantung pada pengembangan vaksin. Hanya saja, vaksinasi skala besar akan memakan waktu satu hingga dua tahun.


"Vaksin baru dapat digunakan dalam keadaan darurat pada awal musim gugur ini atau akhir tahun," ungkapnya.

Lima vaksin yang dikembangkan para ilmuwan Tiongkok sedang menjalani uji coba manusia, menurut buku putih pemerintah yang diterbitkan pada hari Minggu 7 Juni 2020.

Salah satu kandidat vaksin, yang dikembangkan Beijing Institute of Biological Products, menerbitkan data praklinisnya di jurnal Cell pada hari Sabtu 6 Juni 2020.

Baca Juga: Ujang Dikeroyok Hingga Tewas, Cuma Gara-gara Mengingatkan Kenalpot Bising

Data menunjukkan bahwa pada kera, vaksin, yang menggunakan patogen yang tidak aktif, menginduksi antibodi tingkat tinggi yang melindungi tubuh dan memberikan perlindungan yang sangat efisien terhadap Sars-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19.

Kera diimunisasi dua kali pada hari nol dan 14, sementara kelompok plasebo diberi saline. Pada hari 24, semua kera terpapar Sars-CoV-2.

"Secara keseluruhan, semua hasil ini menunjukkan bahwa (vaksin) dosis rendah dan dosis tinggi memberikan perlindungan yang sangat efisien terhadap Sars-CoV-2 di kera tanpa diamati peningkatan infeksi yang tergantung pada antibodi,” tulis para peneliti.

Baca Juga: Bersikeras Mengaku Sehat, Ratusan Warga di Kediri Demo Kantor Dusun Saat Hendak Dites Rapid

Yang Xiaoming, ketua China National Biotec Group, perusahaan induk dari Beijing Institute of Biological Products, mengatakan, kelompok itu berfokus pada pengembangan vaksin yang tidak aktif karena berpengalaman dalam bidang ini dan mereka bisa menjadi diproduksi dengan aman.

Anak perusahaan lainnya, Institut Produk Biologi Wuhan, sedang melakukan uji coba manusia terhadap vaksin lain yang tidak aktif.

Kelompok ini telah membangun fasilitas produksi biosafety yang tinggi yang dapat menghasilkan 200 juta vaksin per tahun.

Baca Juga: Takut Bertemu Dokter, Ratusan Mayat Covid-19 di Inggris Ditemukan Membusuk di Rumah Selama Lockdown

Bahkan, kelompok ini juga mengembangkan vaksin yang menggunakan teknik lain, termasuk vaksin protein rekombinan yang menggunakan rekayasa genetika, tetapi ini adalah prioritas yang lebih rendah.

Pakar vaksin Shanghai, Tao Lina mengatakan, teknologi vaksin yang berbeda memiliki kelebihan dan kekurangan dan masih terlalu dini untuk menentukan jenis vaksin mana yang akan siap untuk digunakan terlebih dahulu.

“Yang tidak aktif biasanya membutuhkan dua atau tiga dosis sementara teknologi lain mungkin hanya membutuhkan satu dosis. Vaksin yang menggunakan teknologi DNA atau RNA cenderung memasuki uji coba lebih lambat dari vaksin yang tidak diaktifkan, tetapi lebih mudah untuk memperluas kapasitas produksi untuk ini, ” kata Tao.***

Editor: Amir Faisol

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x