Turun ke Jalan Hormati Kematian George Floyd, Ribuan Warga London Suarakan 'Tak Ada Polisi Rasis'

4 Juni 2020, 06:40 WIB
Aksi protes imbas kematian George Floyd di Amerika Serikat.* /GLOBAL NEWS/

PR BOGOR - Kematian pria kulit hitam, George Floyd di Minneapoli, Amerika Serikat menuai empati warga dunia.

Warga di belahan dunia turut mengecam aksi tidak bermoral perwira polisi kulit putih yang menekan leher George Floyd dengan lututnya selama hampir sembilan menit, hingga menghembuskan nafas terakhirnya.

Kematiann George Floyd membuat marah seluruh warga AS yang secara politik dan ras terpecah dalam lima bulan ini, tepatnya sebelum pemilihan presiden, November 2020.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Kota Bogor Diklaim Landai, Keputusan New Normal Ada di Ridwan Kamil

Kematian George Floyd menyalakan kembali protes warga dunia berkenaan dengan isu rasial dalam beberapa tahun terakhir.

Puluhan ribu warga Inggris di London turun ke jalan, melakukan aksi kemanusiaan.

Dikutip Pikiranrakyat-bogor.com dari Reuters, Rabu 3 Juni 2020, ribuan warga berunjuk rasa dengan meneriakkan 'tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian, tidak ada polisi rasis' dan 'kulit hitam penting'.

Baca Juga: Kasus Rasisme George Floyd, Video Lama Meghan Markle Kembali Viral

Ribuan warga tersebut berkumpul di London pusat pada Rabu 3 Juni 2020 untuk memprotes rasisme setelah kematian George Floyd di Minneapolis, AS.

Di Hyde Park, London, banyak pengunjuk rasa mengenakan masker dan berpakaian merah.
Mereka menyerukan nama 'George Floyd' dan 'Black lives Matter'.

Karen Koromah berusia 30 tahun, salah satu pengunnjuk rasa menyampaikan sudah bertahun-tehun ada supremasi kulit putih.

Baca Juga: 7 Tahun Maia Estianty Sempat Berpisah Bersama Anaknya, Kecelakaan Dul Jaelani Jadi Momentum

"Ini telah bertahun-tahun mendatang, bertahun-tahun dan bertahun-tahun supremasi kulit putih," kata Karen Koromah.

"Saya tidak ingin mulai menangis, tentang gambar-gambar dari Amerika Serikat itu membuat darahku mendidih," katanya.

Beberapa pemrotes melambaikan spanduk dengan slogan-slogan seperti: 'Inggris tidak bersalah, rasis masih kurang rasis'.

Baca Juga: Hindari Gelombang Kedua COVID-19 Saat New Normal, Perketat Protokol Kesehatan di Pasar Tradisional

Terdapat juga 'Rasisme adalah masalah global' dan 'Jika Anda tidak marah Anda tidak memperhatikan'.

Perdana Menteri Inggris, Jhonson mengatakan, kehidupan orang-orang berkulit hitam merupakan hal penting.

Jhonson mendukung hak untuk memprotes namun tetap dengan cara yang sah secara hukum.

Baca Juga: TKA Tiongkok Mengamuk di Bandara Banyuwangi, Imigrasi Jember: Haknya Tak Dipenuhi Perusahaan

"Tentu saja, orang kulit hitam penting dan saya benar-benar memahami kemarahan, kesedihan yang dirasakan tidak hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia dan di negara kami juga," katanya kepada parlemen.

Kepala kepolisian Inggris, mengatakan, mereka terkejut dengan cara George Floyd kehilangan nyawanya.

Oleh karena itu, kekerasan yang terjadi di sejumlah kota di AS, dia meminta calon pengunjuk rasa di Inggris untuk mematuhi protokol kesehatan COVID-19.

Baca Juga: Tak Dilengkapi SIKM, 18.000 Lebih Kendaraan Hendak Masuk Jakarta Dihadang Polisi

Tetapi di Hyde Park, dekat Speakers 'Corner, banyak yang memperingatkan bahwa rasisme juga masih menjadi masalah di Inggris.

Hal ini diungkapkan salah seorang warga yang mengaku hal serupa sempat terjadi di negaranya 30-40 tahun silam.

“Ibuku adalah seorang pengunjuk rasa di apartheid dan itu 30 sampai 40 tahun yang lalu - cukup mengecewakan bahwa kita harus keluar hari ini untuk memprotes hal yang sama hari ini mereka memprotes berapa tahun yang lalu,” Roz Jones.***

Editor: Amir Faisol

Tags

Terkini

Terpopuler