Program Millenial Smartfarming BNI Sasar Petani Milenial Klaten

14 April 2021, 16:30 WIB
Bank Negara Indonesia (BNI) mengeluarkan Program Milenial Smartfarming yang akan menyasar anak-anak muda. /BNI/

PR BOGOR - Kabar baik untuk petani muda Indonesia. Bank Negara Indonesia (BNI) mengeluarkan Program Milenial Smartfarming yang akan menyasar anak-anak muda.

Program tersebut dibuat sebagai dukungan BNI terhadap upaya mengakselerasi dan menggerakkan kehidupan perekonomian masyarakat khususnya di sektor pertanian.

BNI melakukan pendekatan digital untuk menyasar para petani muda melalui Program Milenial Smartfarming.

Baca Juga: Bayern Munchen Ditendang PSG dari Liga Champions, Thomas Mueller Ungkap Kekecewaanya

Baca Juga: 3 Resep Olahan Es Cocok untuk Hidangan Berbuka Puasa, Salah Satunya Ada Es Campur Meriah

Kali ini yang sudah terseleanggara ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Program Milenial Smartfarming merupakan Ekosistem Pemberdayaan Millenial melalui Pembinaan & Pengembangan ekosistem Pertanian Digital (IoT) dari Hulu ke Hilir serta meningkatkan Inklusi Keuangan Desa.

Kick off program Millenial Smartfarming digelar di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat di awal Maret lalu.

Baca Juga: Dukung Produksi Vaksin Covid-19 Nusantara, Wakil Ketua DPR: Saya Pikir akan Menambah Kekayaan

Implementasi Program Millenial Smartfarming untuk kali kedua ini dilaksanakan di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa tengah pada Rabu, 14 April 2021.

Serangkaian aktivitas telah terprogram, di antaranya coaching clinic kepada petani milenial.

Materi yang disampaikan adalah penggunaan aplikasi Agree Suites untuk pendataan petani dan offtaker.

Dari sana, petani muda ini akan dibekali pemahaman mengenai cara guna alat sensor cuaca dan tanah sebagai bagian dari CSR BNI.

Setelah coaching clinic dilanjutkan dengan aksi pemupukan massal secara simbolis.

Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dengan menerapkan standar protokol kesehatan yang ketat.

BNI pun pada kesempatan tersebut memberikan akses pembiayaan melalui Kredit Usaha rakayat (KUR) Tani.

Pihak BNU pun memberikan pendampingan kepada petani milenial dalam memanfaatkan teknologi digital dan informasi pada aktivitas ekosistem pertanian.

Selain itu, untuk menumbuhkan peranan Offtaker dalam penyerapan hasil pertanian.

Pada kesempatan itu, hadir Bupati Kabupaten Klaten Sri Mulyani, Direktur Hubungan Kelembagaan BNI Sis Apik Wijayanto.

Kemudian ada Senior Project Manager Agrosolution PT Pupuk Indonesia Supriyoto, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Suryo Banendro, serta petani milenial perwakilan kelompok petani di Kabupaten Klaten.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Prabowo menjelaskan dalam sambutannya, besarnya peran teknologi terhadap hasil pertanian membuatnya berharap banyak pada generasi muda.

Gubernur bersyukur saat ini sudah mulai banyak petani muda yang dilibatkan dalam penerapan teknologi digital di budidaya pertanian dan diharapkan ini bisa menjadi lompatan besar bagi sektor pertanian khususnya Jawa Tengah.

“Kita tidak perlu impor untuk komoditas yang justru menjadi keunggulan kita. Saya harapkan program ini bisa dikawal dengan baik bersama-sama dan tercapainya reformasi dunia pertanian secara modern,” pungkasnya.

Sementara itu, Sis Apik Wijayanto menjelaskan, Kabupaten Klaten memiliki keunikan yang dimiliki daerah ini.

Di mana, Klaten adalah pusat penghasil beras Rojolele yang merupakan varietas asli Klaten atau bisa disebut beras Delanggu yang dikenal lebih nikmat daripada daerah lainnya karena diyakini ditanam di tanah dan air yang tak dimiliki daerah lain.

“Peran Bumdes di desa ini pun menambah optimisme kami bahwa program ini dapat dijalankan dengan baik."

"Namun yang tidak kalah penting adalah adanya peran milenial,” ungkap Sis.

Berhenti kerja di perusahaan konsultan migas

Peran milenial pada ekosistem yang ada sudah terlihat dengan hadirnya Rangga.

Dia adalah seorang pemuda kelahiran tahun 1990 yang memutuskan berhenti dari tempatnya bekerja di perusahaan konsultan minyak dan gas.

Rangga memutuskan membuka usaha sendiri yang bergerak di bidang Agro Industri, tepatnya pupuk cair berbahan baku alga.

Pupuk cair yang diberi nama Chloten ini berfungsi menggantikan pupuk NPK yang dapat memberikan ketahanan tanaman agar tidak rentan penyakit.

Pada kesempatan yang sama, Gatot Subroto, salah satu petani milenial yang hadir pun optimis.

“Kami merasa tertantang untuk menjalankan program ini dan optimis jika teknologi ini digunakan secara maksimal maka panen selanjutnya bisa meningkat,” jelasnya.

Penerapan aplikasi dan teknologi pertanian menjadi sangat penting karena selain pendataan, juga dapat menghubungkan antara petani dengan mitra lainnya.

Antara lain offtaker, koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BumDes).

Digitalisasi sistem pertanian di Indonesia memang sangat menguntungkan bagi semua pihak, terlebih lagi bila didukung oleh semua pihak tidak hanya petani, tetapi juga para stakeholder terkait.

Pada Kesempatan yang sama, Pemimpin Divisi Bisnis Usaha Kecil 2 Bank BNI, Bambang Setyatmojo menyampaikan realisasi KUR di sektor pertanian yang telah disalurkan selama tahun 2021 hingga bulan Maret sebesar Rp 2 triliun serta menyentuh 50 ribu penerima KUR di seluruh Indonesia.***

 

Editor: Rizki Laelani

Tags

Terkini

Terpopuler