Perang Dunia 3: Hadapi Agresivitas Tiongkok, India Tandatangani Pakta Militer dengan Jepang dan AS

- 11 September 2020, 10:03 WIB
PRESIDEN AS Donald Trump berjalan bersama istrinya, Melania, dan PM India Narendra Modi di Ahmedabad, Senin 24 Februari 2020
PRESIDEN AS Donald Trump berjalan bersama istrinya, Melania, dan PM India Narendra Modi di Ahmedabad, Senin 24 Februari 2020 /AFP/MANDEL NGAN

PR BOGOR - India dan Jepang menyetujui pakta militer baru karena kedua negara berjuang menahan Tiongkok yang memicu kekhawatiran akan konflik terbuka.

Kedua negara menandatangani pakta logistik militer timbal balik yang berarti angkatan bersenjata masing-masing akan saling memberikan dukungan logistik.

New Delhi berusaha memperkuat aliansi regionalnya karena ketegangan dengan Beijing meningkat.

Baca Juga: Intelijen Inggris Bongkar Penyadapan Korea Utara Soal Kerja Sama Perdagangan Indonesia dan Australia

Pada 20 Juni, tentara India tewas dalam bentrokan dengan tentara Tiongkok di sepanjang perbatasan kedua negara yang diperebutkan.

Perjanjian tersebut ditandatangani sekretaris pertahanan India Ajay Kumar dan Suzuki Satoshi, duta besar Jepang.

Kedua belah pihak sepakat untuk memberikan "penyediaan pasokan dan layanan timbal balik" antara militer mereka.

Baca Juga: Bintang The Avengers Diana Rigg Meninggal Dunia, Game of Thrones: Dunia akan Selalu Mengingat

India menandatangani perjanjian serupa dengan Amerika Serikat, Australia, Prancis, Korea Selatan, dan Singapura.

Menurut seorang pejabat pertahanan India, mereka juga mencari pengaturan yang sebanding dengan Inggris dan Rusia.

“India sedang merundingkan pakta serupa dengan Inggris dan Rusia. Yang Rusia harus ditandatangani akhir tahun ini. Kami tidak memiliki niat atau sarana untuk membangun pangkalan di luar negeri seperti yang dilakukan China jauh dan luas," kata soerang pejabat di Kementerian Pertahanan India sebagaimana dilansir Pikiranrakyat-bogor.com dari Express, Jumat 11 September 2020.

Baca Juga: Tanggapi Pandemi Covid-19, Pesan Bijak RM BTS: Pada Akhirnya Bakal Ada Cahaya di Ujung Terowongan

Negosiasi perjanjian baru dimulai pada Oktober 2018 antara Perdana Menteri India Narendra Modi dan lawan mainnya dari Jepang, Shinzo Abe.

Mereka sepakat untuk lebih meningkatkan kedalaman kerja sama pertahanan untuk berkontribusi bagi perdamaian dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik.

Perjanjian tersebut berlangsung selama sepuluh tahun tetapi secara otomatis diperpanjang pada akhir periode ini kecuali salah satu pihak ingin menarik diri.

Baca Juga: Anies Baswedan Berlakukan PSBB Total di Jakarta, Dikeroyok 4 Menteri, Tapi Dipuji Satgas Covid-19

Tiongkok saat ini memiliki angkatan laut terbesar di dunia dengan total 350 kapal perang. Pada 2017 pangkalan militer luar negeri pertamanya, di Djibouti, mulai beroperasi.

Berkat kekuatan Tiongkok, negara ini juga dapat mengakses pangkalan di Pakistan, yang memiliki hubungan persahabatan, untuk dukungan logistik.

Menurut Pentagon AS, Tiongkok tertarik mendirikan pangkalan militer di tidak kurang dari 12 negara lain. Lantas untuk melawan kekuatan Tiongkok yang semakin agresif, India bergerak mendekati AS, Jepang dan Australia, sebuah kelompok yang secara informal dikenal sebagai 'quad'.

Baca Juga: Doa Qunut Nazilah versi MUI, Imbauan Bagi Umat Islam Menyusul Berlakunya PSBB Total DKI Jakarta

Pekan lalu Jenderal Bipin Rawat, kepala staf pertahanan India, menggambarkan quad sebagai mekanisme yang baik untuk mencegah kawasan itu didominasi kekuatan yang bermusuhan.

Hubungan antara Tiongkok dan India runtuh pada bulan Juni ketika 20 tentara India, dan rekan-rekan Tiongkok mereka yang jumlahnya tidak diketahui, tewas dalam bentrokan di sepanjang perbatasan yang disengketakan.

Karena senjata api dilarang di dekat perbatasan, kedua belah pihak bertempur dengan senjata jarak dekat seperti batang besi dan pentungan.

Baca Juga: Keislaman Menteri Agama Fachrul Razi Diragukan DPR RI, Sekjen PPP: Suara Dewan Suara Elemen Rakyat

Menyusul kematian tersebut, India melarang sejumlah aplikasi seluler Tiongkok, termasuk TikTok, dari jaringannya dengan alasan keamanan nasional.

Tiongkok juga terlibat dalam sengketa wilayah dengan enam tetangganya atas kendali Laut China Selatan.

Amerika Serikat, dan negara-negara barat lainnya, mengirim kapal perang melakukan patroli 'kebebasan navigasi' untuk menunjukkan bahwa mereka menolak kedaulatan Beijing atas wilayah ini.***

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah