PR BOGOR - Ledakan besar terjadi di Kota Beirut, Libanon, menyita perhatian dunia, Selasa 4 Agustus 2020, petang.
Akibat ledakan besar tersebut membuat kerusakan parah dan timbulnya banyak korban jiwa. Lokasi ledakan berada dikawasan pelabuhan, berdekatan dengan pusat kota Beirut.
Dirangkum Pikiranrakyat-bogor.com dari RRI, berikut Beberapa Fakta Terkait Ledakan di Libanon:
Baca Juga: Diduga Usai Cekcok Mulut, Dieksekusi di Atas Jembatan Oknum TNI di Tangerang Tembak Pegawai Swasta
Berasal Dari 2700 Ton Amonium
Presiden Libanon Michel Aoun mengatakan, ledakan yang terjadi petang kemarin diduga berasal dari 2700 ton Amonium yang tersimpan dalam pelabuhan.
Perdana Menteri (PM) Lebanon, Hassan Diab, mengatakan, ada sekitar 2.750 ton amonium nitrat tersimpan di gudang lokasi ledakan besar Beirut, selama 6 tahun.
"Tidak dapat diterima bahwa pengiriman 2.750 ton amonium nitrat telah ada selama enam tahun di sebuah gudang, tanpa mengambil langkah-langkah pencegahan," kata Diab pada pertemuan dewan pertahanan, seperti laporan kantor berita AFP.
Baca Juga: Mimpi 7 Anggota BTS Hingga Tahun 2025, RM Mau Bangtan Dapat Grammy Award, V Tetap Ingin Bersama ARMY
Ledakan Beirut Setara Gempa 3.3 SR
Data yang dikumpulkan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menunjukkan, ledakan besar yang terjadi di Beirut sangat kuat.
Ledakan itu menciptakan gelombang seismik yang setara dengan gempa berkekuatan 3,3 Skala Richter.
Meski demikian, setara dengan magnitudo 3,3 tidak langsung sebanding dengan gempa dengan ukuran yang sama.
Baca Juga: Buntut Panjang Kasus Hadi Pranoto Usai Dilaporkan, Kini Sang Professor Tuntut Muannas Rp145 Triliun
Menurut ahli geofisika di Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional AS, Don Blakeman, hal tersebut karena jenis ledakan permukaan, seperti ledakan di Beirut, tidak menghasilkan magnitudo sebesar gempa bumi.
Blakeman mengatakan sebagian besar energinya terserap ke udara dan bangunan. Artinya, jika ledakan itu terjadi di bawah permukaan bumi, kekuatannya akan lebih tinggi.
"Tidak cukup energi yang ditransmisikan ke dalam batuan di tanah," katanya.
Baca Juga: Pemerintah: Jangan Tanya Kapan Pandemi Corona Berakhir, Tanyakan Kapan Anda Disiplin Patuhi Protokol
Mirip Peristiwa Hiroshima-Nagasaki
Gubernur Beirut, Marwan Abboud mengatakan, ledakan besar yang terjadi di Ibu Kota Libanon pada petang kemarin, mengingatkannya pada peristiwa bom atom saat perang dunia kedua di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang.
"Peristiwa ini mirip dengan apa yang terjadi di Jepang, di Hiroshima dan Nagasaki. Dalam hidup saya, saya belum pernah melihat kehancuran dengan skala besar seperti ini. Ini adalah bencana nasional," ujar Abboud.
Terdapat 1 Orang WNI Terluka
Kementerian Luar Negeri RI mengungkapkan, terdapat seorang warga negara Indonesia (WNI) yang mengalami luka ringan akibat ledakan di Beirut.
Baca Juga: Bogor Tegas Lanjutkan PSBB Pra-AKB Satu Bulan, Berlaku Mulai 4 Agustus hingga 3 September 2020
"Salah satu korban luka adalah WNI yang telah berhasil dikontak KBRI dan saat ini dalam kondisi stabil serta dapat berkomunikasi dengan baik," demikian keterangan tertulis resmi Kementerian Luar Negeri, Rabu 5 Agustus 2020, pagi.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Libya, Hajriyanto Thohari mengatakan, pihaknya kini melakukan pendampingan terhadap WNI yang terluka tersebut.
Hajriyanto mengungkapkan, berdasarkan catatan KBRI, terdapat 1.447 WNI yang bermukim di Lebanon.
Baca Juga: Komisi X Segera Panggil Mendikbud, DPR RI Minta Nadiem Makarim 'Presentasi' Soal Kasus Dana Kuota
Rinciannya adalah 1.234 orang Kontingen Garuda dan 213 orang merupakan WNI sipil, termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa.
"Satu WNI yang sedang di karantina di RS Rafiq Hariri, Beirut, yang tidak jauh dari lokasi ledakan, juga sudah terkonfirmasi aman," kata Hajriyanto, dalam keterangan tertulis, Rabu pagi.***