Hari Pangan Sedunia 16 Okober 2021, Berikut Dampak Kurangnya Petani Milenial sebagai Penyedia Pangan

16 Oktober 2021, 13:15 WIB
Ilustrasi Hari Pangan Sedunia yang diperingati 16 Oktober 2021./pixabay/sasint /

PR BOGOR – Setiap 16 Oktober diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia.

Seperti diketahui, Hari Pangan Sedunia tak pernah lepas dari para jasa petani sebagai penyedia pangan.

Petani merupakan pelaku utama sebagai penyedia pangan untuk dikonsumsi oleh khalayak luas.

Baca Juga: Rayakan Hari Pangan Sedunia 2021, Siswa SD Marsudirini Bogor Diberi Tugas Siapkan Makanan Tradisional

Dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari mic.com, usia rata-rata petani di Amerika adalah lebih dari 50 tahun.

Ini merupakan masalah, ketika para petani pensiun, para petani milenial cenderung tidak menggantikan mereka.

Dibanding dengan generasi terdahulunya, menjadi petani dianggap sebagai salah satu profesi yang tua.

Baca Juga: LINK NONTON dan Spoiler One the Woman Episode 10: Yeon Joo dan Seung Wook Bekerja Melawan Keluarga Han

Banyak para petani yang tertarik pada konsentrasi pertanian karena pertanian adalah darah mereka, itulah yang diwariskan orangtua dari generasi ke generasi.

“Sangat sulit untuk memulai ketika Anda tidak tumbuh dalam pertanian,” kata Meredith Bell, pendiri Autonomy Farms di California, 37 tahun.

Bell berhenti dari karir perusahaannya untuk membuka pertanian pada tahun 2013. Biaya awal tanah bisa mahal, dan program untuk petani baru yang ditawarkan meskipun Departemen Pertanian AS sulit dimintai arahan, kata Bell. Dia mengatakan akses ke tanah adalah salah satu penghalang terbesar bagi generasi muda untuk mulai bertani.

Baca Juga: BTS In The SOOP Season 2, Jeon Bahm Jadi Anggota Terbaru dari Keluarga Bangtan Boys!

Akses ke tanah bukan satu-satunya penghalang. Untuk fresh graduate perguruan tinggi yang bersemangat, pertanian tidak memiliki daya tarik yang sama seperti yang dimiliki banyak industri lain.

“Banyak orang masih memiliki kesan petani sebagai pria yang lebih tua mengenakan terusan yang bekerja dari matahari terbit hingga matahari terbenam, menghasilkan sangat sedikit uang dan tidak berpendidikan,” ujar Jeremiah McElwee, wakil presiden pengembangan produk Thrive Market.

Kurangnya peminat menjadi petani oleh generasi milenial dapat mengakibatkan penurunan produksi pertanian hingga berujung bencana.

Baca Juga: Jawa Barat Juara Umum PON XX Papua, Ridwan Kamil: Tidak Hanya Jago Kandang!

“Penurunan pertanian akan menyebabkan pilihan makanan yang lebih sedikit dan peningkatan risiko penurunan kualitas dalam sistem pasokan makanan. Dengan lebih modern, petani wirausaha dan pertanian kecil tersebar di berbagai wilayah, ada lebih banyak keragaman makanan serta risiko yang lebih rendah bagi perusahaan pertanian besar untuk mengambil alih,” ujar McElwee.

Pertanian yang tertinggal dari segi teknologi, kedepannya harus menggunakan inovasi yang mutakhir agar lebih efisien, lebih ramah lingkungan dan menarik tenaga kerja muda. Teknologi yang ada dalam pertanian.

“Dimaksudkan untuk pertanian skala besar, bukan pertanian keluarga kecil, yang kebetulan merupakan demografi yang dengan cepat berhenti bertani,” ujar Bell. Mereka ingin menggunakan pertanian untuk memperbaiki dunia.

Baca Juga: Ini Daftar 18 Peserta dari Girls Planet 999 yang Lolos ke Tahap Selanjutnya, Jagoan Kamu Termasuk?

Tak hanya di Amerika, kekurangan petani milenial pun terjadi di Indonesia, mayoritas angkatan kerja muda tidak memiliki ketertarikan untuk menjadi petani.

Hingga pada akhirnya, Menteri Pertanian menginstruksikan kepada Staf Khusus Kepresidenan, Billy Mambrasar untuk meluncurkan program petani milenial.

Dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari setkab.go.id 16 Oktober 2021, peluncuran Program Petani Milenial ini dilakukan di Provinsi Papua Barat dan akan berkolaborasi dengan Komunitas Papua Muda Inspiratif.

Baca Juga: Ini Daftar 18 Peserta dari Girls Planet 999 yang Lolos ke Tahap Selanjutnya, Jagoan Kamu Termasuk?

“Presiden Joko Widodo berkomitmen mendorong percepatan pembangunan berbasis kesejahteraan Orang Asli Papua (OAP) di Tanah Papua, dan program-program seperti Petani Milenial ini merupakan perwujudan pelaksanaan komitmen tersebut,” ujar Billy Mambrasar.

Menurut Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Idha Widi Arsanti, para pemuda yang tergabung dalam Program Petani Milenial ini akan memperoleh pelatihan serta akses kepada fasilitas pertanian yang disediakan oleh pemerintah maupun swasta. Hal ini disambut baik oleh petani milenial di Papua Barat.***

 

Editor: Imas Solihah

Sumber: setkab mic.com

Tags

Terkini

Terpopuler