Sementara untuk bea dan cukai masih tumbuh positif 12,4 mengumpulkan Rp81,7 triliun atau 39,2 persen dari Perpres 54. PNBP 136,9 triliun atau 46 persen dari Perpres 54, kontraksi 13,6 persen .
Menkeu menyatakan, pada kuartal I (Q1), banyak negara sudah mengalami pertumbuhan negatif karena dampak Covid-19.
Baca Juga: Sepekan Sebelum Ledakan di Perbatasan, Korea Utara Sudah Berikan Ancaman dan Anggap Selatan 'Musuh'
Dan memasuki kuartal kedua (Q2), negara-negara yang masih mengalami pertumbuhan positif pada Q1, juga diramalkan akan tumbuh negatif.
“Kuartal kedua, dengan PSBB akan mempengaruhi, Indonesia tidak terkecuali akan mengalami minus. Kita masih menggunakan antara minus -0,4 hingga 2,3 persen meskipun poin estimate kita sudah mendekati 0 hingga 1 persen . Namun kuartal ketiga akan mulai membaik dan kuartal keempat positif,” ungkapnya.
Selain itu, Sri Mulyani mengatakan, Bank Dunia juga merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global 2020 sebesar minus (-5 persen ) tanpa memperhitungkan adanya second wave pandemi Covid-19.
Baca Juga: Awasi Ketat Jumlah Pengunjung, Bima Arya Minta Pengelola Mal Sambungkan CCTV ke Balaikota
Rata-rata lembaga dunia, menurut Menkeu, memproyeksi pertumbuhan di angka antara -3 persen hingga -6 persen . Prediksi pertumbuhan di negara maju bisa menembus minus 2 digit.
“Penurunan angka pertumbuhan ekonomi ini juga dipengaruhi oleh kinerja ekspor Indonesia yang mengalami kontraksi karena negara tujuan ekspor juga mengalami tekanan,” tuturnya.***