Kondisi Keuangan Negara di Tengah Covid-19, Sri Mulyani: Pendapatan Kita mencapai Rp664,3 Triliun

17 Juni 2020, 08:54 WIB
SRI Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia.* /Dok. Instagram @smindrawati//Dok. Instagram @smindrawati

 


PR BOGOR - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati (SMI) memaparkan, laporan realisasi pendapatan negara dalam konferensi pers APBN edisi Juni 2020 yang menjabarkan kinerja APBN di bulan Mei 2020.

Dikutip Pikiranrakyat-bogor.com dari Sekrterais Kabinet, Selasa 16 Juni 2020, Menkeu Sri Mulyani menyebut realisasi hingga 31 Mei, total pendapatan negara mencapai Rp664,3 triliun.

Secara umum, penerimaan mengalami kontraksi akibat dampak negatif wabah Covid-19.

Baca Juga: Malaysia Berlakukan Pembelajaran Online, Mahasiswi Ini Manjat Pohon Demi Peroleh Sinyal saat Ujian

Namun demikian, penerimaan dari bea dan cukai tercatat masih positif.

“Realisasi hingga 31 Mei, pendapatan negara kita mencapai Rp664,3 triliun atau 37,7 persen dari target Perpres 54 perubahan APBN 2020," kata Sri Mulyani.

"Dibanding Mei tahun lalu, pendapatan mengalami kontraksi 9,0. Penerimaan perpajakan Rp526,2 atau 36 persen dari target Perpres 54, kontraksi perpajakan 7,9 persen,” katanya.

Baca Juga: Tandatangani Reformasi Kepolisian Hindari Kesenjangan Rasial, Donald Trump: AS Inginkan Ketertiban

Menurut Sri Mulyani, pajak hingga akhir Mei mengumpulkan Rp444,6 triliun atau 35,4 persen  dari target Peraturan Presiden 54 atau mengalami kontraksi 10,8 persen  dibanding penerimaan akhir Mei tahun lalu.

Sementara untuk bea dan cukai masih tumbuh positif 12,4 mengumpulkan Rp81,7 triliun atau 39,2 persen  dari Perpres 54. PNBP 136,9 triliun atau 46 persen  dari Perpres 54, kontraksi 13,6 persen .

Menkeu menyatakan, pada kuartal I (Q1), banyak negara sudah mengalami pertumbuhan negatif karena dampak Covid-19.

Baca Juga: Sepekan Sebelum Ledakan di Perbatasan, Korea Utara Sudah Berikan Ancaman dan Anggap Selatan 'Musuh'

Dan memasuki kuartal kedua (Q2), negara-negara yang masih mengalami pertumbuhan positif pada Q1, juga diramalkan akan tumbuh negatif.

“Kuartal kedua, dengan PSBB akan mempengaruhi, Indonesia tidak terkecuali akan mengalami minus. Kita masih menggunakan antara minus -0,4 hingga 2,3 persen  meskipun poin estimate kita sudah mendekati 0 hingga 1 persen . Namun kuartal ketiga akan mulai membaik dan kuartal keempat positif,” ungkapnya.

Selain itu, Sri Mulyani mengatakan, Bank Dunia juga merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi global 2020 sebesar minus (-5 persen ) tanpa memperhitungkan adanya second wave pandemi Covid-19.

Baca Juga: Awasi Ketat Jumlah Pengunjung, Bima Arya Minta Pengelola Mal Sambungkan CCTV ke Balaikota

Rata-rata lembaga dunia, menurut Menkeu, memproyeksi pertumbuhan di angka antara -3 persen  hingga -6 persen . Prediksi pertumbuhan di negara maju bisa menembus minus 2 digit.

“Penurunan angka pertumbuhan ekonomi ini juga dipengaruhi oleh kinerja ekspor Indonesia yang mengalami kontraksi karena negara tujuan ekspor juga mengalami tekanan,” tuturnya.***

Editor: Amir Faisol

Sumber: setkab

Tags

Terkini

Terpopuler