Cerita Perempuan di IWD 2024: dari Warga Kampung Bayam Sulit Air Bersih hingga Nelayan Demak Protes Reklamasi

- 8 Maret 2024, 13:30 WIB
Aksi Hari Perempuan Internasional di depan Monas, 8 Maret 2024.
Aksi Hari Perempuan Internasional di depan Monas, 8 Maret 2024. /Foto: PRMN Bogor/Rizky Suryana

PEMBRITA BOGOR - Ratusan massa aksi dari berbagai elemen masyarakat hadir dalam peringatan Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day (IWD 2024) yang jatuh pada Jumat, 8 Maret 2024. Aksi yang bertajuk "Jaga Demokrasi, Lawan Impunitas, dan Lindungi Hak-hak Perempuan" ini dilakukan di depan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. 

Sejak pukul 07.00 WIB massa aksi berkumpul di depan Bawaslu untuk melakukan long march ke Monas. Aksi berlangsung tertib, hingga pada pukul 10.30 WIB massa sudah berkumpul di depan Monas sambil terus meneriakkan kata 'Adili Jokowi' dan 'Hidup Perempuan Indonesia saat aksi.

Salah satu massa aksi yang tim PRMN Bogor temui adalah Masruah. Ia adalah nelayan Demak yang tergabung dalam Persaudraaan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI).

Masruah menyebut sering terjadi banjir rob di Demak hingga menenggelamkan beberapa wilayah. Air yang masuk ke rumah-rumah warga menurutnya mencapai ketinggian 2 meter.

"Dari tahun 1998 Demak sering banjir rob karena tanggul jebol. Kami harus menerjang banjir setiap hari. Banyak desa yang hilang bahkan tidak berpenghuni. Tidak ada fasilitas yang diberikan pemerintah sehingga warga membangun rumah panggung sendiri untuk menghindari banjir," ucapnya.

Masruah, nelayan Demak yang terdampak banjir rob.
Masruah, nelayan Demak yang terdampak banjir rob. Rizky Suryana

Ada empat kecamatan di daerah pesisir yang terdampak parah banjir Demak. Di antaranya Kecamatan Sayung, Karangtengah, Bonang, dan Wedung.

Masruah berkata penyebab utama terjadinya banjir rob di Demak adalah proyek reklamasi yang dilakukan oleh pemerintah di daerah pesisir. "Dibuat tempat wisata, perusahaan industri yang mengebor minyak di sana, dan juga reklamasi besar-besaran untuk Pelabuhan Tanjung Mas," katanya.

Ia juga menambahkan sejak Februari 2024 sekitar 10 tanggul untuk menahan air di pesisir jebol hingga membuat gagal panen. Akibatnya warga hanya bisa memakan beras sisa yang sudah busuk.

Halaman:

Editor: Muhammad Rizky Suryana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x