Referendum Timor Leste 1999, 2.600 Orang Tewas, 30.000 Ngungsi, Perayaan Kemerdekaan Berumur Pendek

- 9 September 2020, 15:57 WIB
Pengibaran Bendera Timor Leste memperingati kemerdekaan.*/Dok. United Nations
Pengibaran Bendera Timor Leste memperingati kemerdekaan.*/Dok. United Nations /

Pada Juli 1976 parlemen Indonesia mendeklarasikan Timor Leste sebagai provinsi ke-27 di negara itu.

Lebih kurangnya 24 tahun, warga Timor Leste bergejolak dengan invansi militer dari Indonesia. Pertanyaannya, mengapa Timor Leste tidak menyukai Indonsia?

Baca Juga: Cara Membeli Saham BTS, Sayarat Anda Tak Perlu Berkewarganegaraan Korea, Preorder Dibuka 5-6 Oktober

Adalah akulturasi budaya yang sudah membumi di kawasan itu. Pengaruh kolonial Portugal membuat penduduknya secara budaya sangat berbeda dari daerah lain di Indonesia.

Sebagian besar orang Timor Leste adalah penganut Katolik yang taat dan berbicara dalam bahasa mereka sendiri (Tetun).

Dili terus memberikan perlawanan hingga akhirnya pada tahun 1992, pemimpin perlawanan, Xanana Gusmão ditangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Itu adalah pukulan yang luar biasa.

Baca Juga: Bos-bos BUMN Lancang Kibuli Menteri Erick Thohir, Rekruit Staf Ahli Bergaji hingga Rp100 Juta

Tahun sebelumnya, rekaman bocor pembantaian 100 pelayat di pemakaman Santa Cruz di Dili muncul, mengingatkan dunia akan kebrutalan invansi pendudukan.

Kisruh Timor Leste menjadi sorotan komunitas internasional

Pada tahun 1996 menteri de facto luar negeri negara itu, José Ramos-Horta, dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian bersama dengan Uskup Carlos Belo, kepala gereja Katolik di Timor.

Halaman:

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah