Referendum Timor Leste 1999, 2.600 Orang Tewas, 30.000 Ngungsi, Perayaan Kemerdekaan Berumur Pendek

- 9 September 2020, 15:57 WIB
Pengibaran Bendera Timor Leste memperingati kemerdekaan.*/Dok. United Nations
Pengibaran Bendera Timor Leste memperingati kemerdekaan.*/Dok. United Nations /

Pada tanggal 30 Agustus 1999, PBB mengawasi pemungutan suara bersejarah, di mana 78,5 persen orang Timor Leste menolak otonomi demi kemerdekaan.

Perayaan di seluruh negeri berumur pendek. Kelompok milisi yang didukung Indonesia yang telah meneror penduduk sebelum pemungutan suara meningkatkan serangan mereka, dibantu oleh pasukan keamanan Indonesia.

Baca Juga: Alfred Riedl Meninggal Dunia, Rekam Jejaknya Bersama Timnas Indonesia Tertinggi Tahun 2010 dan 2016

Kampanye kekerasan selama tiga minggu menewaskan 2.600 orang, hampir 30.000 orang mengungsi dan sebanyak 250.000 dikirim secara paksa melalui perbatasan ke Timor Barat Indonesia setelah pemungutan suara , yang merupakan kebijakan bumi hangus.

Lantas pada tanggal 20 September 1999, pasukan penjaga perdamaian internasional pimpinan Australia, Interfet, tiba untuk memulihkan ketertiban.

Tapi kerusakan parah telah terjadi. Kota dan desa hancur dan infrastruktur penting hancur. Gusmão dan para pemimpin yang diasingkan lainnya segera kembali setelah itu dan PBB menjalankan pemerintahan tiga tahun menjelang pemilihan parlemen dan presiden. Pada Mei 2002 Xanana Gusmão dilantik sebagai presiden Timor-Leste yang baru.***

 

Halaman:

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah