Demi Pendidikan, Begini Kisah Anak Pedalaman Papua yang Jadi Penarik Becak dan Penjual Koran

13 Oktober 2021, 11:14 WIB
Agus Yalak, Anak Pedalaman Papua jadi Penarik Becak dan Penjual Koran demi Pendidikan. /Facebook.com/Agus Yalak

PR BOGOR - Berikut ini kisah inspiratif yang berasal dari putra asli Yahukimo, Pedalaman Papua.

Agus Yalak, seorang anak pedalaman Papua yang lahir pada 20 Agustus 1989 di Kampung Phoy, Distrik Sela, Kabupaten Yahukimo yang dulunya termasuk dalam wilayah Distrik Ninia, Kabupaten Jayawijaya, Wamena.

Agus Yalak terlahir dari keluarga sederhana, ayahnya adalah seorang Pendeta, (Alm) Pdt. Yakub Yalak dan ibunya, Yanian Kobak.

Walaupun lahir dan tumbuh di daerah terpencil di Papua, namun hal itu tidak menyurutkan semangat untuk belajar dan mengejar pendidikan tinggi.

Baca Juga: 20 Link Twibbon Ulang Tahun Jimin BTS Lucu, ARMY Wajib Upload dan Bagikan di Media Sosial

Dia berhasil menyelesaikan Sekolah Dasar di Kampung Sela yang ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 30 menit dari kampungnya.

Pada tahun 2002, belum ada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di sana, sehingga Agus dan 15 orang temannya harus berjalan kaki sekitar satu minggu ke Kota Wamena demi mengejar pendidikan.

"Orang tua hanya berpesan, saya harus sekolah tinggi, karena bapa terbatas, kami hanya melayani di Gereja kecil.

"Bapa tidak punya uang banyak, bapa dan mama hanya dukung doa, anak harus berjuang sendiri, mengandalkan Tuhan sampai berhasil di sana," tuturnya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Pisces Besok Kamis, 14 Oktober 2021: dari Karier, Asmara hingga Keuangan

Perjalanan menuju Kota Wamena harus melewati hutan belantara, naik gunung yang terjal, menyeberang sungai besar dengan segala rintangan selama berhari-hari.

Berbekal uang Rp20.000, Agus tiba di Kota Wamena, namun dia tetap memiliki tekad besar untuk sekolah dan berhasil.

Setiap hari, Agus harus berjalan kaki sekitar 1 jam ke sekolahnya dari Kota Wamena ke Megapura.

Setelah pulang sekolah, dia menarik becak di Kota Wamena untuk mencari uang buku dan membeli baju.

Baca Juga: Wintang Dyah Kumala Sakti Alumni PPLPD Kabupaten Bogor Jadi Bintang Voli Jabar di PON XX Papua 2021

"Saya tinggal pindah-pindah rumah jadi pembantu rumah tangga, kadang menawarkan diri untuk membersihkan halaman rumah dan kebun orang lain, demi sesuap nasi dan biaya sekolah," tuturnya.

Agus menghabiskan masa remajanya 6 tahun di Kota Wamena dengan bekerja keras untuk membiayai pendidikannya.

Setelah lulus Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Jurusan Akuntasi, Agus bertekad untuk melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi.

Berbekal uang Rp900.000 di tangannya dari hasil kerja kerasnya, Agus mendaftar di Perguruan Tinggi di Jayapura.

Baca Juga: Tamara Bleszynski Datangi Bareskrim Polri Terkait Kasus Bisnis, Begini Kata Kuasa Hukumnya

"Saya setelah pulang kuliah, selalu menjual koran di sepanjang Jalan Kotaraja, kadang di depan Rumah Sakit Umum Abepura dan depan Saga Mall, Jayapura.

Kadang kalau dapat motor pinjaman saya ojek malam hari untuk menambah uang makan sehari-hari," kata lulusan Sarjana Ekonomi, STIE PORT Numbay, Jayapura itu.

"Saya lulus kuliah tepat 4 tahun, tapi mama saya jauh di balik gunung tidak bisa melihat saya pakai baju toga," lanjutnya.

"Setelah lulus kuliah saya ikut teman kerja bangunan ke Kabupaten Yalimo, sempat juga mengajar sebagai guru honorer di Sekolah Dasar saya dulu di Distrik Sela," ujar anak sulung dari tiga bersaudara itu.

Baca Juga: 15 Link Twibbon Hari Pangan Sedunia, Bisa Download Gratis dan Cocok Dibagikan ke Media Sosial

Meski demikian, ia merasa bersyukur bisa diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Yahukimo pada formasi tahun 2014.

Saat ini, Agus telah berkeluarga dan sedang mendapat beasiswa full dari Pemerintah Pusat di Magister Administrasi Publik, Universitas Brawijaya, Malang.

"Semua ini Anugerah Tuhan, doa orang tua, kalau kita tetap setia beribadah, tidak malu bekerja keras, komitmen dan bertanggung jawab maka Tuhan akan membuka jalan keberhasilan bagi kita," ujar Agus.***

Editor: Bayu Nurullah

Tags

Terkini

Terpopuler