Menurut Tarkus, tugas dosen akan semakin berat karena harus menjalankan pengajaran dalam suasana terdisrupsi.
Baca Juga: Bima Arya Khawatir Kuliner Legendaris Bogor Punah
“Disrupsi yang dihadapi saat ini memiliki dampak yang sangat kuat karena terjadi dalam berbagai kehidupan. Secara umum disrupsi disebabkan oleh adanya revolusi industri 4.0. Tetapi di perguruan tinggi, disrupsi bukan hanya diakibatkan oleh revolusi industri, tetapi banyak faktor lain yang semuanya secara konstan selalu berubah dan penuh ketidakpastian,” ucap Tarkus dalam paparannya.
Beberapa disrupsi bagi perguruan tinggi selain revolusi industri 4.0 yakni tuntutan untuk menjadi perguruan tinggi kelas dunia, perubahan komposisi demografi mahasiswa dan dosen, terutama dengan kehadiran generasi Z di kampus.
Selain itu kebijakan pemerintah yang selalu berubah, serta perubahan dunia kerja yang sangat cepat. Kondisi tersebut menyebabkan keterampilan kerja lulusan perguruan tinggi selalu tertinggal.
Baca Juga: 2020 Industri Telekomunikasi Menyongsong Era Customer Centric
“Mahasiswa Gen Z memiliki keunikan tersendiri salah satnya fasih dengan teknologi, intens berinteraksi melali medsos dan tidak suka membaca teks yang panjang, menyukai informasi secara visual, dan tidak suka dengan orasi searah. Ini salah satu disrupsi bagi perguruan tinggi yang perlu dipahami dosen,” kata Tarkus.
Oleh karena itu, Tarkus berharap dosen bisa mengembangkan kualitas terutama dalam hal ketrampilan dalam melaksanakan tugas. Menurut Tarkus, dosen adalah kunci mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas.
“Berbagai pelatihan harus terus menerus diberikan. Pelatihan ini harus dilakukan secara in house karena hanya perguruan tingginya yang tahu,” ucap Tarkus.***