Kenang Setahun Wafatnya Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Rakyat Timor Leste: Beliau Memberikan Hak Kami

- 12 September 2020, 13:24 WIB
BJ Habibie Sedang Berada Di Makam Ainun
BJ Habibie Sedang Berada Di Makam Ainun /

PR BOGOR - Seluruh rakyat di Republik Indonesia dirundung duka mendalam tepat pada 11 September 2019 lalu, saat itu bangsa kehilangan sosok panutan yakni Presiden ke-3 RI, Bapak Professor B.J. Habibie.

Kepergian BJ Habibie membuat Indonesia berkabung, saat itu otoritas meminta agara seluruh gedung-gedung pemerintahan memasang bendera setengah tiang.

BJ Habibie bukan hanya tokoh politik, yang pernah menjabat sebagai presiden Indonesia ke-3. Sosoknya terkenal mahir dalam membangun dan mendesain pesawat terbang.

Baca Juga: Visual V BTS Berhasil Membius Krew KBS News9, Rambut Blonde Belah Tengah Bikin Refleks Juru Kamera

Kepergian BJ Habibie juga membawa duka mendalam bagi rakyat Timor Leste. Bukan tanpa alasan pada masa pemerintahannya, negara bekas jajahan Portugis itu merdeka dari NKRI.

Perjalanan panjang untuk menjadi bangsa mandiri bagi rakyat Timor Leste sangatlah panjang. Melawati dua masa penjajahn yakni Portugis dan otoriternya Soeharto kala itu.

Dulunya dikenal Timor Portugues, pada masa penjajahan Portugis, kemudian berganti Timor-Timur sebagai provinsi ke-27 RI di masa otoritarian Soeharto, dan kini menjadi Timor Leste yang berdaulat usai diberikan hak pilih melalui referendum pada 20 Agustus 1999.

Baca Juga: BLT Rp500 per KK Diterima Sebanyak 9 Juta Jiwa, Pastikan Keluargamu yang Berhak Juga Terdaftar

Bagi Julio Tomas Pinto, Penasihat Senior Bidang Pertahanan, Keamanan & Luar Negeri untuk Ketua Parlemen Nasional 2016-17 & 2018-2020 serta Mantan Sekretaris Negara, Professor BJ Habibie menjadi sosok yang sangat berarti bagi rakyat timor.

Jembatan BJ Habibie, Bukti Cinta Rakyat Timor Leste Kepada Indonesia
Jembatan BJ Habibie, Bukti Cinta Rakyat Timor Leste Kepada Indonesia Kementerian PUPR

"Hari ini, 11 Sept 2020 tepat satu tahun Presiden BJ Habibie wafat. Prof Habibie adalah Presiden RI yang telah memberikan hak self determination bagi rakyat Timor Leste. Sehingga dari Timor Portugues, Timor Timur kini menjadi Timor Leste yang berdaulat. RIP Pak Habibie," imbuhnya seperti yang dilansir Pikiranrakyat-bogor.com dari akun twitternya @JulioPinto72, Sabtu 12 September 2020.

Sejarah Jakarta menguasai Dili

Baca Juga: PSBB Total Jakarta Ditolak Bima Arya, Gubernur Anies Baswedan: Sah-sah Saja Daerah Lain Menolak

Jakarta menyerang Dili, tepatnya di seberang perbatasan dari Timor Barat Indonesia (di sisi lain pulau) pada bulan Oktober 1975.

Setidaknya lima jurnalis Australia tewas di kota Balibo. Jakarta takut akan adanya negara komunis di depan pintunya dan bahwa negara yang baru merdeka dalam lingkupnya dapat mengguncang seluruh nusantara.

Inilah yang menjadi hasrat Jakarta, meluncurkan invasi skala penuh ke Timor Leste pada bulan Desember 1975.

Baca Juga: ARMY! Besok RM BTS Ulang Tahun ke-26, 6 Fakta Kim Nam Joon, Sosok Leader Genius Meski Dikenal Pelor

Diperkirakan 100.000 orang tewas dalam beberapa tahun pertama, karena perlawanan bersenjata sebagian besar telah dihancurkan.

Indonesia menahan warga sipil di kamp-kamp penahanan di mana banyak yang meninggal karena kelaparan.

Pada Juli 1976 parlemen Indonesia mendeklarasikan Timor Leste sebagai provinsi ke-27 di negara itu.

Baca Juga: Bersamaan PSBB Total Jakarta Pekan Depen, Erick Thohir Disiplinkan Masyarakat Lewat Operasi Yustisi

Dili menolak menjadi bagian NKRI

Pengibaran Bendera Timor Leste memperingati kemerdekaan.*/Dok. United Nations
Pengibaran Bendera Timor Leste memperingati kemerdekaan.*/Dok. United Nations

Lebih kurangnya 24 tahun, warga Timor Leste bergejolak dengan invansi militer dari Indonesia. Pertanyaannya, mengapa Timor Leste tidak menyukai Indonsia?

Adalah akulturasi budaya yang sudah membumi di kawasan itu. Pengaruh kolonial Portugal membuat penduduknya secara budaya sangat berbeda dari daerah lain di Indonesia.

Sebagian besar orang Timor Leste adalah penganut Katolik yang taat dan berbicara dalam bahasa mereka sendiri (Tetun).

Baca Juga: Dipertimbangkan Dibawa ke Meja Hijau Soal Cucu PKI, Hasril Chaniago Minta Maaf ke Arteria Dahlan

Dili terus memberikan perlawanan hingga akhirnya pada tahun 1992, pemimpin perlawanan, Xanana Gusmão ditangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Itu adalah pukulan yang luar biasa.

Tahun sebelumnya, rekaman bocor pembantaian 100 pelayat di pemakaman Santa Cruz di Dili muncul, mengingatkan dunia akan kebrutalan invansi pendudukan.

Pada tahun 1996 menteri de facto luar negeri negara itu, José Ramos-Horta, dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian bersama dengan Uskup Carlos Belo, kepala gereja Katolik di Timor.

Baca Juga: Dipertimbangkan Dibawa ke Meja Hijau Soal Cucu PKI, Hasril Chaniago Minta Maaf ke Arteria Dahlan

Referendum Timur Timor 30 Agustus 1999 menjadikan Timor Leste negara berdaulat

Jakarta pada tahun 1998 mengalami guncangan ekonomi dan politik sehingga mampu membawa perubahan besar secara geopolitik, sosial dan ekonomi.

Adalah krisis ekonomi di Asia memaksan pimpinan otoriter Indonesia kala itu, Presiden Soeharto mengundurkan diri setelah berkuasa 30 tahun.

Penggantinya, Baharudin Jusuf Habibie, sosok presiden yang lebih terbuka. Eyang Habibie kala itu bahkan membebaskan Xanana Gusmao di Jakarta dan menjadikannya sebagai tahanan rumah.

Baca Juga: Kota Bogor Bakal Teruskan PSBMK Beda dengan DKI Jakarta, Bima Arya: PSBB Total Butuh Anggaran Besar

Pada bulan Maret 1999 Habibe mengumumkan bahwa jika, dalam “proses konsultasi”, orang Timor Leste lebih menyukai kemerdekaan daripada otonomi di bawah Indonesia, dia akan mengabulkannya.

Pada tanggal 30 Agustus 1999, PBB mengawasi pemungutan suara bersejarah, di mana 78,5 persen orang Timor Leste menolak otonomi demi kemerdekaan.***

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah