Menghadapi pasukan militer yang sudah terlatih selama 70 tahun dan pasokan senjata yang didanai negara sebesar 2 miliar dolar, tentu saja bukan pertempuran yang seimbang.
Tapi mereka mengatakan bahwa mereka bersedia untuk menguji peluang yang ada.
Hal itu dikarenakan perlawanan bersenjata hanya satu-satunya pilihan yang tersisa untuk menjatuhkan rezim.
Baca Juga: Zaskia Adya Mecca Rela Lakukan Ini demi Lepas Rindu pada Anak-anaknya yang Positif Covid-19
"Kami telah melakukan protes besar-besaran dan meluncurkan gerakan pembangkangan sipil terhadap militer,” kata Neino, seorang mantan dosen.
“Kami berharap dapat memulihkan demokrasi sipil, tapi metode itu tidak berhasil," tutur Neino yang kini memimpin cabang politik perlawanan sipil.
"Kami telah melakukan semua yang kami bisa, dan mengangkat senjata adalah satu-satuya cara yang tersisa untuk memenangkan ini," kata dia.***