PEMBRITA BOGOR - Pernyataan terbaru Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang rencana serangan darat di kota Rafah di Jalur Gaza membuat tegang di tengah-tengah upaya gencatan senjata.
Netanyahu bersikeras untuk melanjutkan aksi militer, bahkan tanpa kesepakatan, memicu kekhawatiran dari sekutu utama, Amerika Serikat (AS).
Dalam pernyataannya, Netanyahu menegaskan tekadnya untuk menghilangkan batalyon Hamas. Sementara Hamas sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata, Netanyahu menjanjikan kemenangan total dan menolak untuk menghentikan genosida sebelum ia mencapai semua tujuannya.
Situasi semakin rumit dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang menyatakan bahwa tawaran Israel untuk gencatan senjata dianggapnya "luar biasa murah hati" kepada Palestina.
Namun, tekanan dari Washington semakin meningkat untuk menahan diri dari invasi darat ke Rafah, yang dipenuhi dengan warga sipil yang terlantar.
Menurut Calev Ben-Dor, mantan analis untuk kementerian luar negeri Israel, komentar Netanyahu mungkin lebih terkait dengan upaya menjaga koalisi daripada rencana operasional.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyerukan pentingnya membebaskan sandera Isral penjajah yang ditahan oleh Hamas sebagai langkah penting dalam mengamankan bantuan bagi warga sipil Gaza.
Update Korban Tewas di Gaza
Jumlah korban tewas di Jalur Gaza mencapai 34.568 warga Palestina sejak dimulainya serangan pada 7 Oktober 2023. Mayoritas yang tewas dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.