Misteri Kematian 'Pulau Kucing' di Jepang Segera Terungkap, Polisi Seret si Kakek Tua

12 Juni 2020, 09:27 WIB
ILUSTRASI kucing.* /REUTERS/

PR BOGOR - Bagi para wisatawan, Pulau Umashima di Kyushu utara, Jepang tentu sudah tidak asing lagi, bahkan kawasan ini digandrongi para selebgram untuk sekedar berswafoto di sana.

Pasalanya, Pulau Umashima di Kyushu utara menjadi habitat kucing-kucing lucu nan cantik di Jepang sehingga disebutlah pulau ini sebagai pulau kucing.

Sayangnya, populasi kucing di Pulau Umashima turun dari 100 menjadi sekitar 30. Fenomena ini sempat menjadi perbincangan publik.

Baca Juga: Ombak Setinggi Gedung 8 lantai Diprediksi Terjadi di Samudra Selatan, Kurangi Bahan Bakar Fosil

Baru-baru ini, polisi di selatan Jepang sedang mengidentifikasi sebuah kasus terhadap seorang lelaki tua yang dicurigai menghancurkan penduduk kucing di pulau kucing dengan racun.

Pulau Umashima, sekitar 10 km dari pelabuhan Kokura, di Kyushu utara, Jepang menjadi terkenal karena menjadi rumah bagi 30 manusia dan sekitar 100 kucing, hampir semua tersesat.

Pulau itu, bersama pulau lainnya yaitu Aoshima yang juga memiliki populasi kucing tinggi menjadi tujuan wisata dan sangat populer di kalangan pengguna Instagram dan pengguna media sosial lainnya.

Baca Juga: Malaysia Izinkan Pangkas Rambut dan Salon Beroperasi, 2 Hari Kemudian Tukang Cukur Positif Covid-19

Laporan pertama menyoali kematian kucing di pulau itu yang disebabkan hal yang tidak diketahui muncul pada bulan September 2017.

Parahnya lagi, jumlahnya turun menjadi kurang dari 30 dalam dua tahun ke depan.

Organisasi nirlaba yang berbasis di Fukuoka, Menghentikan Kekejaman Terhadap Hewan Perjanjian (SCAT) membuka penyelidikan setelah sekitar 40 kucing ditemukan mati.

Baca Juga: Baru Terungkap Setelah Gugatan Kalah di MA, Warga Twitter 'Kena Prank' Geprek Bensu Milik Ruben Onsu

Mereka menerima banyak laporan ikan aneh berwarna biru ditemukan banyak ditinggalkan di tempat-tempat tertentu di sekitar pulau itu.

Kucing yang memakan makanan itu segera pingsan dan mulutnya berbusa sebelum kemudian meninggal.

SCAT kemudian melaporkan temuannya ke organisasi kekejaman anti-hewan kedua, Taisetsuna Nekotachi yang kemudian diserhakan kepada polisi pada Oktober 2019, tahun lalu.

Baca Juga: Virus Corona Nempel di Plastik dan Besi 3 Hari, Dokter Reisa Broto Asmoro Beri Peringatan

Temuan terbaru terungkap ketika seorang reporter dari surat kabar The Mainichi yang saat itu melihat seorang lelaki tua mengeluarkan makanan.

Dalam laporannya mengatakan, si kakek tua itu meninggalkan makanan beracun untuk memusnahkan gagak, membantah menargetkan kucing.

Pria itu belum disebutkan namanya, tetapi ia diyakini berusia 80an dan merupakan penduduk kota Kitakyushu.

Baca Juga: UPDATE Covid-19 Kota Bogor 11 Juni: Kasus Positif Bertambah 3 Orang, 61 Dirawat di RS

Polisi mengirim file tentang kasus ini ke jaksa pada 5 Juni 2020, sehingga dengan begitu si kakek tua diperkirakan akan didakwa melanggar sejumlah peraturan perlindungan hewan.

"Undang-undang perlindungan hewan yang direvisi mulai berlaku pada 1 Juni dengan hukuman yang lebih berat," kata direktur SCAT Sachie Yamazaki.

"Saya berharap konsekuensi dari kasus ini akan mengarah pada pencegahan lebih banyak pelecehan hewan," ungkapnya.***

Editor: Amir Faisol

Sumber: SCMP

Tags

Terkini

Terpopuler