Sejarah Museum Lubang Buaya, Destinasi Wisata Edukasi di Jakarta yang Wajib Dikunjungi

- 3 Februari 2024, 22:13 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi ibu negara Iriana Joko Widodo berjalan menuju Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Presiden Joko Widodo didampingi ibu negara Iriana Joko Widodo berjalan menuju Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. /ANTARA/M. Agung Rajasa

Selain, membeli tiket, ada beberapa ketentuan lain yang disyaratkan pengelola Museum Lubang Buaya bagi pengunjung, yaitu:

  1. Pengunjung diharapkan dapat menjaga perasaan khidmat, tidak berteriak-teriak, bercanda, dan berbuat tidak sopan di area museum.
  2. Pengunjung diharapkan dapat menjaga kebersihan, ketertiban, dan keamanan di area museum.
  3. Pengunjung dilarang membawa dan/atau menggunaka pemandu selain pemandu resmi Monumen Pancasila Sakti. Apabila memerlukan pemandu, pengunjung dapat menghubungi bagian informasi.
  4. Pengunjung dilarang keras membawa semua jenis senjata dan bahan peledak.
  5. Pengunjung dilarang memasang spanduk, menggelar orasi unjuk rasa, demonstrasi, pawai, rapat umum, dan/atau mimbar bebas serta kegiatan lainnya yang dapat mengganggu ketertiban.
  6. Pengunjung dilarang keras menduduki, memindahkan, benda-benda yang berada di rumah penahanan/penyiksaan, rumah pos komando, dan rumah dapur umum.
  7. Pengunjung dilarang mengotori dinding atau bangunan dengan coretan atau sejenisnya.
  8. Pengunjung dilarang menaiki dan mengotori koleksi kendaraan.
  9. Pengunjung dilarang makan, minum, dan merokok di area Monumen Pancasila Sakti, Museum Pekhianatan PKI (Komunis), Museum Diorama Paseban, ruang teater, ruang relik, dan ruang foto dokumenter.

Baca Juga: EA Sports FC Mobile Sudah Rilis, Grafis dan Gameplay Makin Canggih!

Lokasi Museum Lubang Buaya

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Museum Lubang Buaya berlokasi di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Alamat lengkap Museum adalah di Jalan Raya Pondok Gede RT. 4/RW 12, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.

Perlu diketahui bahwa istilah 'Lubang Buaya' bukanlah merujuk pada lubang tempat dikuburnya para jenderal. Lubang Buaya sendiri adalah salah satu wilayah di Jakarta Timur yang sudah ada jauh sebelum peristiwa G30S 1965 terjadi.

Menurut Aqillah Afifadiyah Rahman dalam jurnal Local History and Heritage (2021) Nama Lubang Buaya disematkan oleh tokoh masyarakat kuno bernama Pangeran Syarif (Datok Banjir). Ia diketahui merupakan pengelana sakti yang dipercaya masyarakat mampu melihat hal tak kasat mata.

Baca Juga: Polisi Selidiki Kasus Timses Bupati Cianjur Tampar Mahasiswa saat Tanya Dugaan Korupsi Dana Umrah

Saat datang ke sebuah desa di Cipayung, Jakarta Timur, Datok Banjir melewati Kali Sunter yang penuh dengan buaya. Tidak hanya buaya rawa, ia juga melihat buaya putih yang dipercaya sebagai penjaga astral wilayah tersebut.

Oleh karena itu, wilayah desa tersebut diberi nama sebagai Lubang Buaya. Konon, masyarakat masih percaya bahwa sungai-sungai di sekitar Lubang Buaya masih dijaga oleh buaya-buaya putih.

Sementara itu, lubang yang menjadi lokasi tempat ditemukannya jenazah para Jenderal adalah sebuah sumur tua di kelurahan Lubang Buaya. Sumur tersebut memiliki kedalaman 12 meter dengan diameter 0,75 meter.

Di dalam sumur itulah jenazah para jenderal yang sudah dieksekusi dimasukkan dan ditutup dengan sampah. Saat ini tentu sumur tersebut sudah ditutup, digantikan dengan replika yang autentik dan dipamerkan di Museum Lubang Buaya.***

Halaman:

Editor: Khairul Anwar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah