Lapan Ungkap 'Kiamat' Timbul dari Badai Matahari, Berdampak Besar Bagi Kehidupan di Muka Bumi

10 Oktober 2020, 09:27 WIB
Ilustrasi satelit. /PIXABAY

PR BOGOR - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa, pada masa revolusi industri 4.0 saat ini 'kiamat' bisa terjadi saat satelit yang ada di antariksa terganggu dan menimbulkan gangguan besar bagi kehidupan manusia di Bumi.

Sejak satelit Sputnik 1 yang diluncurkan Rusia mengorbit pada 1957, teknologi satelit terus berkembang dan semakin menjadi kebutuhan.

Teknologi satelit menjadi tulang punggung teknologi informasi dan komunikasi yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa ini.

Baca Juga: Sofyan Djalil Disebut Pencetus Omnibus Law karena Dulu Kuliah di AS, Luhut: Menteri Semua Zaman

Dilansir Pikiranrakyat-bogor.com dari Antara, Thomas mengatakan bahwa pada tahun 2012, masyarakat pernah dihebohkan dengan kabar datangnya kiamat.

Hal tersebut disampaikannya dalam webinar bertajuk 'Festival Sains Antariksa 2020: Satellite for Better Life' yang digelar secara online pada Rabu, 7 Oktober 2020.

"Bayangkan jika satelit terhantam badai matahari dan rusak, ada yang mati dan tidak bisa berfungsi lagi, dan justru mengganggu satelit lain yang masih berfungsi. Maka sekian banyak kehidupan di Bumi akan terganggu, sekian banyak operasional bank terganggu. Itu terjadi saat satelit Telkom-1 milik PT Telkom Indonesia terganggu dan membuat masyarakat tidak bisa akses ATM," ujar Thomas.

Baca Juga: Semua Laga Liga Champions Asia Dipindahkan ke Asia Timur, Sempat Ditangguhkan Lantaran Covid-19

Pasalnya, teknologi satelit merupakan tulang punggung informasi dan komunikasi yang berperan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat modern.

"Bayangkan jika satelit terhantam badai matahari dan rusak, ada yang mati dan tidak bisa berfungsi lagi, dan justru mengganggu satelit lain yang masih berfungsi," ucapnya.

Perlu diketahui juga bahwa, Indonesia menjadi negara ke-3 sesudah Amerika Serikat dan Kanada yang memanfaatkan satelit komunikasi dengan meluncurkan satelit Palapa tahun 1976.

Baca Juga: Ramalan 12 Zodiak Hari Ini: Virgo Jangan Rusaki Malam Minggumu, Capricorn Siap-siap Terima Kejutan

Sejak saat itu, Thomas mengatakan, masyarakat membiasakan penggunaan satelit untuk komunikasi. Penggunaan satelit kemudian meluas ke bidang penyiaran dan kemudian internet.

Indonesia, ia melanjutkan, juga menggunakan satelit untuk memantau Bumi, cuaca, sumber daya alam, dan lingkungan di samping untuk keperluan telekomunikasi data perbankan.

"BRI satu-satunya yang punya satelit sendiri, dan kita paham perbankan salah satu sektor perekonomian yang banyak didukung teknologi satelit. Komunikasi data sangat bergantung dengan satelit. Tanpa membawa uang tunai kini kita bisa mengambil di ATM," ungkapnya.

Baca Juga: Menyikapi Penolakan UU Cipta Kerja oleh Buruh di Daerah, Wakil MPR: Semua Pihak Harap Tahan Diri

Ia juga menyebutkan bahwa, tahun 2020 adalah tahun yang istimewa.

Pasalnya pandemi Covid-19 memaksa masyarakat untuk lebih memahami teknologi, sehingga mempercepat transisi menuju kehidupan Revolusi Industri 4.0.

Pandemi Covid-19 membuat berbagai kegiatan harus dilakukan dari jarak jauh, meliputi kegiatan jual beli, pembelajaran, rapat, seminar, hingga konferensi.

Baca Juga: Sakit Hati Ditinggal Pacar? Anda Bisa Coba 7 Tips Ini Biar Cepat Move On dari Mantan

"Sekarang siswa juga dipaksa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Tentu masing-masing kita harus belajar terkait perkembangan baru ini," kata Thomas.***

Editor: Amir Faisol

Sumber: Lapan.go.id Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler