Indonesia Dilanda Ribuan Bencana hingga September, Kata BNPB Potensi Ancaman Ada Sampai Akhir Tahun

- 1 Oktober 2020, 04:05 WIB
 Warga meihat mobil yang rusak terbawa arus banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). Data sementara yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dampak akibat banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Cicurug, Senin (21/9), mengakibatkan 12 rumah hanyut dan 85 rumah terendam. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.
Warga meihat mobil yang rusak terbawa arus banjir bandang di Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (22/9/2020). Data sementara yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dampak akibat banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Cicurug, Senin (21/9), mengakibatkan 12 rumah hanyut dan 85 rumah terendam. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp. /

PR BOGOR - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati, menyampaikan lebih dari 2.000 bencana telah terjadi sejak Januari hingga September 2020.

Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor masih mendominasi di tanah air. Semua bencana-bencana itu masih berpotensi hingga akhir tahun.

"Bahaya hidrometeorologi tetap menjadi ancaman hingga akhir tahun ini," kata Raditya Jati. dalam keterangan tertulis yang diterima Pikiranrakyat-bogor.com, Rabu 30 September 2020.

Baca Juga: Lucinta Luna Didakwa 1 Tahun 6 Bulan Penjara, Si Muhammad Fatah Ini Juga Didenda Sebesar Rp10 Juta

Berdasarkan data BNPB, terhitung 1 Januari hingga 29 September 2020, tercatat 99 persen bencana yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi. Dengan jumlah kejadian tertinggi yakni banjir sebanyak 791 kali, angin puting beliung 573 kali, tanah longsor 387 kali, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) 314 kali, gelombang pasang atau abrasi 26 kali, kekeringan 22 kali, gempa bumi 13 kali, dan erupsi gunung berapi 5 kali.

Dengan total semua jumlah kasus bencana berjumlah 2.131 kejadian.

Sejumlah kejadian tersebut berdampak pada kerugian, baik korban jiwa maupun harta benda. BNPB mencatat, 322 meninggal dan hilang, 454 mengalami luka-luka, dan 4.481.641 mengungsi dan terdampak akibat bencana yang terjadi.

Baca Juga: Ramai-ramai Bahas G30S PKI, Gubernur Ridwan Kamil: Keluarga Saya Korban PKI, Luka Ini Begitu Dalam

Sedangkan kerusakan infrastruktur, bencana berdampak pada kerusakan di sektor permukiman 31.749 unit rumah, 627 fasilitas pendidikan, 653 fasilitas ibadah, dan 128 fasilitas kesehatan.

Jumlah kejadian bencana hingga September 2020 ini turun bila dibandingkan dengan periode waktu yang sama pada 2019 lalu.

"Berdasarkan data yang tercatat, jumlah bencana 2020 turun sekira 25,1 persen dibandingkan pada tahun lalu," kata Raditya Jati.

Baca Juga: Hari G30S PKI, Gubernur Ridwan Kamil Imbau Warga Jabar Ramai-ramai Kibarkan Bendera Setengah Tiang

Persentase penurunan juga jumlah bencana juga diikuti dengan menurunnya korban terdampak. Baik korban meninggal, hilang, luka-luka, menderita, mengungsi, serta rumah rusak.

Sementara itu, sebanyak 196 bencana terjadi dan mengakibatkan 26 jiwa meninggal dunia pada September 2020 ini.

Dari jumlah kejadian, bencana yang paling sering terjadi antara lain, wilayah Provinsi Jawa Timur 49 kali, Jawa Barat 14 kali, Sumatera Utara 10 kali, dan Sumatera Barat 10 kali.

Baca Juga: KAMI Ditolak Keras di Surabaya, Kata Ahli Hukum Refly Harun Negara Takut Elektabilitas Tokohnya Naik

Sedangkan korban meninggal sepanjang September 2020 diakibatkan bencana hidrometeorologi, seperti banji, banjir bandang, dan angin puting beliung dari total 26 korban meninggal, satu masih dinyatakan hilang.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan, fenomena cuaca yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi hingga akhir tahun.

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Supari, menginformasikan prakiraan awal musim hujan di Oktober terjadi di beberapa wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan sebagian kecil Sulawesi, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga: Mengaku Dirinya Kafir, Pelaku Pencoretan Musala Darussalam di Tanggerang Ternyata Beragama Islam

Prakiraan tersebut untuk wilayah Sumatera, yakni pesisir timur Aceh, sebagian Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka, dan lampung. Wilayah Jawa diperkirakan terjadi di Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, dan sebagian kecil Jawa Timur.

Lanjutnya, di wilayah Kalimantan, potensi hujan di bagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sebagian Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Supari menekankan, hujan diatas normal dapat terjadi, sehingga potensi bahaya perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh pemerintah daerah.

Baca Juga: Fadli Zon Bantah Klaim Sukmawati, Tegas Bilang PKI Berlandaskan Marxisme Leninisme Bukan Pancasila

"Hujan diatas normal dapat terjadi pada Oktober, dasarian satu dan dua, sehingga potensi bahaya perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh pemerintah daerah," ujar Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG tersebut.***

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah