Hogweed Raksasa Berpotensi Membuat Inggris 'Bertekuk Lutut' Dibanding Wabah COVID-19

- 14 Mei 2020, 15:20 WIB
GIANT Hogweed in UK.*
GIANT Hogweed in UK.* //Daily Mail

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Virus corona hingga saat ini telah menjadi pandemi mematikan yang melanda negara-negara di dunia, termasuk Inggris yang menjadi salah satu negara terdampak wabah virus tersebut.

Namun, para ahli holtikultura menyebutkan bahwa Inggris akan kalah dalam pertempuran memberantas 'Hogweed Raksasa', spesies invasif yang digambarkan sebagai tanaman paling berbahaya di negara itu.

Sebab, penyebaran tanaman ini terus semakin meluas meskipun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah setempat untuk memberantas tanaman jahat tersebut.

Baca Juga: Laut Cina Selatan Memanas, AS Kembali Tambah 2 Kapal Perang untuk Awasi Pergerakan Tiongkok

Banjir yang baru-baru ini terjadi di Inggris serta cuaca hangat diduga menjadi faktor dalam membantu penyebaran tanaman tersebut.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Independent, tanaman ini berasal dari Kaukus, satu famili dengan wortel yang diperkirakan pertama kali berada di Inggris tahun 1817, ketika benih Heracleum giganteum dikirim dari Rusia ke Kew Gardens.

Tanaman jahat tersebut memiliki getah yang beracun dan dapat menyebabkan luka bakar dan lecet yang cukup sensitif terhadap sinar matahari.

Baca Juga: Resmi Dibuka, Ini Persyaratan Pendaftaran UTBK dan SBMPTN 2020 yang Wajib Dipenuhi

Selain itu juga tanaman tersebut bisa menyebabkan kebutaan jika kontak langsung dengan mata. Bahkan, tanaman ini dijuluki sebagai 'tanaman paling berbahaya di Inggis' oleh Pimpinan Mersey Riers Trust Mike Duddy.

Plant Tracker melaporkan bahwa ratusan penambakan 'Hogweed Raksasa' terlihat di keempat negara Inggris, yaitu Inverness, Pembrokeshire, County Londonderry, dan Kent.

Cuaca hangat menyebabkan tanaman ini bisa tumbuh dengan subur, selain itu ketua hortikultura di Royal Horticultural Society memberikan peringatan bahwa banjir yang terjadi baru-baru ini kemungkinan membawa benih di hilir ke lokasi baru.

Sumber artikel dari cirebon.pikiran-rakyat.com dengan judul "Bukan Virus Corona, Ahli Sebut Inggris Berisiko Kalah Lawan Tanaman Beracun 'Hogweed Raksasa'"

"Tanaman itu memiliki bercak ungu dan rambut kasar di batangnya.

“Di sebagian besar tempat di mana Anda melihatnya di musim panas, itu sangat besar. Ini tanaman yang sangat cantik, tetapi saya sangat menyarankan agar siapa pun tidak menanamnya. Ini dapat menyebabkan beberapa luka yang sangat parah yang membutuhkan waktu lama untuk pulih," jelas Guy Barter kepada The Times.

Pimpinan Mersey Riers Trust, Mike Duddy menyebut tindakan terkoordinasi adalah satu-satunya cara untuk menghilangkannya.

Baca Juga: WHO Ingatkan Gelombang Kedua COVID-19, Pemprov Jabar Justru Tak Perpanjang Kebijakan PSBB

Selain itu, kurangnya sumber daya keuangan yang dikhususkan untuk kontrolnya, kurangnya pengetahuan tentang siklus hidupnya, dan 'rasa tak terhindarkan di antara otoritas lokal bahwa pabrik, setelah didirikan, tidak dapat dikontrol' menjadi faktor penyebarannya terjadi secara terus-menerus.

Otoritas lokal dapat menggunakan UU Satwa Liar dan Pedesaan 1981 serta 'Kejahatan Polisi' dan 'Perilaku Tingkah Laku Polisi' yang jauh lebih baik 2014 untuk menegakkan kendali atas gulma.

Namun, Deddy meragukan hal tersebut sebab mayoritas dari mereka tidak memiliki pabrik di bawah kendali di tanah mereka sendiri, karena itu biaya uang mereka untuk menegakkan hukum dan tidak ada seorang pun di sebagian besar otoritas lokal ingin bertanggung jawab untuk itu.

Baca Juga: Beredar Kabar 10.000 Pendeta GBI Bandung Jadi Klaster Virus Corona Terbanyak? Ini Faktanya

Lebih lanjut dirinya tetap berharap bahwa prevalensi tanaman dapat 'dikurangi secara besar-besaran' adalah metode kontrol yang tersedia untuk didanai dan ditindaklanjuti.

Edukasi terkait tanaman berbahaya perlu disampaikan oleh orang tua kepada anak-anaknya untuk menjaga keselamatan mereka.

Pada 2015, setidaknya lima anak dibiarkan terbakar parah setelah bersentuhan dengan pabrik di taman-taman di Greater Manchester.

Baca Juga: Jokowi Dinilai Tak Hormati Putusan MA, Masyarakat Bisa Ajukan Uji Materi Agar Iuran BPJS Batal Naik

Saat itu, sang ibu dari salah seorang anak menyatakan bahwa awalnya dia percaya bahwa luka putrinya disebabkan oleh luka gores.

"Dua hari kemudian mereka berubah menjadi lecet, pada saat itu dia juga mengalami suhu tinggi dan sangat sakit," ucap Annie Challinor kepada Daily Mail.

Dia menambahkan, staf rumah sakit telah memberi tahu bahwa putri mereka akan dibiarkan dengan bekas luka permanen dan sedikit kulit akan kembali melepuh setiap kali terkena sinar matahari, jadi itu adalah tabir surya total seumur hidup pada sedikit kulit itu.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x