Peringatan Bahaya dari WHO Mengenai Suntikan Booster Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga

- 15 Juli 2021, 14:14 WIB
Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan memberi peringatan soal mencampur vaksin booster  karena berisiko.
Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan memberi peringatan soal mencampur vaksin booster karena berisiko. /PIXABAY/the digital artist

PR BOGOR - Soumya Swaminathan Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringatan kepada individu yang ingin mencoba mencampur vaksin Covid-19 untuk tidak melakukan booster vaksin karena sangat berisiko.

Tak hanya mencoba mencampurkan, tapi mencoba mencocokan vaksin Covid-19 dari produsen yang berbeda.

“Ini sedikit tren yang berbahaya di sini,” kata Soumya Swaminathan dalam briefing online menjawab pertanyaan tentang suntikan booster, sebagaimana dilansir bogor.pikiran-rakyat.com dari The Guardian, Rabu 14 Juli 2021.

Baca Juga: Profil dan Biodata Doni Salmanan, Pria yang Membagikan Uang sebagai Bantuan di Masa PPKM

"Ini akan menjadi situasi kacau di negara-negara jika warga mulai memutuskan kapan dan siapa yang akan mengambil dosis kedua, ketiga dan keempat," tutur dia.

Swaminathan mengatakan pencampuran sebagai "zona bebas data" tetapi kemudian mengklarifikasi pernyataannya dalam cuitannya.

“Individu tidak boleh memutuskan sendiri, lembaga kesehatan masyarakat dapat, berdasarkan data yang tersedia,” kata dia.

Baca Juga: Gejala Tambahan Covid-19 Varian Delta yang Perlu Diwaspadai, Nomor 5 Jangan Anggap Sepele

“Data dari studi campuran dan kecocokan vaksin yang berbeda sedang ditunggu imunogenisitas dan keamanan keduanya sangat perlu dievaluasi," kata dia.

Namun disisi lain, beberapa penelitian ada yang menunjukkan hasil positif dari pencampuran vaksin tersebut, tetapi ini masih dalam tahap pracetak dan perlu penelitian lebih lanjut untuk mendukungnya.

Mencampur vaksin menjadi pilihan di beberapa negara di mana dalam pasokan satu vaksin tertentu dalam jumlah yang kurang.

Baca Juga: TXT Dikabarkan Bakal Comeback pada Agustus 2021 Mendatang

Kondisi tersebut membuat WHO prihatin karena situasi ini individu mencoba memutuskan sendiri vaksin mana yang akan didapat tanpa bimbingan dari otoritas kesehatan.

Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO mengatakan, pada bulan Juni vaksin Pfizer Inc dapat digunakan sebagai dosis kedua setelah dosis awal AstraZeneca, jika yang terakhir tidak tersedia.

Uji klinis sedang berlangsung yang dipimpin oleh Universitas Oxford di Inggris sedang menyelidiki pencampuran rejimen vaksin AstraZeneca dan Pfizer. selain itu Uji coba baru-baru ini juga diperluas untuk memasukkan vaksin Moderna Inc dan Novovax Inc.

Baca Juga: Fitur Fleets Dimatikan Mulai 3 Agustus 2021, Twitter Akan Ciptakan Sesuatu yang Baru bagi Penggunanya

Pembahasan tersebut muncul ketika Vietnam mengumumkan akan menawarkan vaksin virus corona yang dikembangkan bersama oleh Pfizer dan BioNTech sebagai opsi dosis kedua untuk orang yang pertama kali diinokulasi dengan vaksin AstraZeneca.

Kampanye inokulasi massal Vietnam masih dalam tahap awal, dengan 300.000 orang telah divaksinasi sepenuhnya sejauh ini, dengan menggunakan vaksin AstraZeneca dan pada minggu lalu telah menerima pengiriman 97.000 dosis suntikan mRNA Pfizer/BioNTech.

"Vaksin Pfizer akan diprioritaskan untuk orang yang diberi suntikan pertama AstraZeneca 8-12 minggu sebelumnya,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: Tips Menghindari Stres saat Isolasi Mandiri, Baik untuk Jaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi

Beberapa negara, termasuk Kanada, Spanyol dan Korea Selatan, telah menyetujui pencampuran dosis tersebut terutama karena kekhawatiran mengenai pembekuan darah yang langka dan berpotensi fatal terkait dengan vaksin AstraZeneca.

Menurut hasil awal sebuah penelitian di Spanyol menemukan bahwa kombinasi Pfizer-AstraZeneca sangat aman dan efektif.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah