Rilis Film Dokumenter Muslim Uighur, Tiongkok Gambarkan Keberutalan Jaringan Teroris Xinjiang

24 Juni 2020, 17:32 WIB
PERKAMPUNGAN Uighur di Urumqi, Xinjiang telah rata dengan tanah dan digantikan oleh apartemen modern .* /Tangkapan layar video Wall Street Journal

 

PR BOGOR - Pemerintah Tiongkok secara mengejutkan merilis film dokumenter menggunakan bahasa Inggris, yang menggambarkan keberutalan serangan teroris.

Diberitakan Pikiranrakyat-tasikmalaya.com, Rabu 24 Juni 2020, filim itu, berisi upaya penduduk setempat berjuang dari aksi terorisme di daerah otonomi Xinjiang, Uighur, Tiongkok Barat Laut.

Bahkan, film dokumenter ini juga menggambarkan kesaksian para korban yang belum pernah ditayangkan sebelumnya.

Baca Juga: Benarkah TikTok Syndrome Ada?, Simak Pengakuan Pria 18 Tahun dan Penjelasan Psikologis Berikut

Tiongkok mengklaim, film ini mengungkap kebenaran tentang kebebasan beragama dan hak asasi manusia yang menjadi advokasi sejumlah Negara Barat.

Film yang berjudul Tianshan: Still Standing -Memories of Fighting Terrorism in Xinjiang, merupakan episode ketiga dalam seri CGTN tentang upaya antiterorisme Xinjiang.

Dua episode pertama berhasil menarik perhatian publik, menerima jutaan prespektif serta memicu perdebatan di media sosial di seluruh dunia.

Baca Juga: Model Banyuwangi Berusia 22 Tahun Hampir Kehilangan 'Mahkotanya', Sempat Ditawari Casting di Hotel

Film dokumenter ini juga memberikan informasi kepada para penonton tentang ancaman keamanan terorisme Tiongkok.

Artikel ini telah tayang di Pikiranrakyat-tasikmalaya.com dengan judul 'Rilis Dokumenter Terkait Muslim Uighur, Tiongkok Gambarkan Kebrutalan Teroris Xinjiang'.

Tidak hanya itu, film ini juga menampilkan kesaksian dari pihak kepolisian dan korban yang menceritakan trauma mereka yang masih belum sembuh terkait beberapa serangan teroris yang saat itu dilakukan, bahkan sampai puluhan tahun kemudian.

Banyak anggota tim SWAT mengorbankan hidup mereka untuk melindungi yang tidak bersalah dalam pertempuran melawan terorisme.

Baca Juga: Tak Hanya BTS, BLACKPINK dalam Waktu Dekat Bakal Tampil Perdana di Tonight Show Bawakan Single Baru

Termasuk meninggalkan orang-orang yang mereka cintai berduka atas kehilangan orang yang mereka kasihi.

Film ini juga menunjukkan, bagaimana sosok Xudaberdi Toxti, seorang polisi yang memerangi ETIM di Kabupaten Zepu disiksa dan dibunuh oleh teroris di depan keluarganya, 20 tahun yang lalu.

Kenangan brutal telah menghantui putri Toxi, Peridem, seumur hidupnya. Bahkan memaksa Peridem meninggalkan rumah keluarga tua itu dan pindah ke kota untuk melarikan diri dari kenangan yang menyakitkan.

Baca Juga: Rhoma Irama Akan Gelar Konser di Acara Khitanan, Bupati Bogor: Mohon Bersabar Dulu, Kami Masih PSBB

"Pemimpin mereka berteriak, 'Potong tangannya, potong kakinya'. Ayah saya dipotong dengan lebih dari 30 tebasan di tubuhnya, dan tubuhnya hancur berkeping-keping," demikian kesaksian anak perempuan Toxti.

Wakil direktur jenderal Departemen Keamanan Umum Hotan Murat Sheripjan berbicara tentang pengalamannya selama bertahun-tahun memerangi terorisme.

Sheripjan menyebut, perjuangan itu sebagai 'perjuangan hidup dan mati'.

Baca Juga: Kemendikbud Resmi Kerja Sama dengan Netflix, DPR: Saya Khawatir Mas Menteri Ada Konflik Kepentingan

Bahkan, saat itu, para pemimpin agama dibunuh secara brutal oleh teroris atas nama 'kebebasan beragama'.

Pada 30 Juli 2014, Jume Tayir, pemimpin agama Masjid Id Kah di Kashgar, diretas hingga mati oleh teroris.

Memet June, yang mengambil alih dari ayahnya dan menjadi Imam baru Masjid Id Kah, mengatakan, teroris telah menyalahgunakan 'kebebasan beragama' untuk mencapai tujuan mereka yang tercela, memisahkan diri dari Tiongkok.

Baca Juga: Tak Banyak Diketahui, 8 Tahun Menikah Anang Hermasnyah Akui Ashanty Sempat Dibully karena Merebut..

"Islam adalah agama yang mempromosikan solidaritas dan perdamaian. Secara khusus menentang merugikan kehidupan yang tidak bersalah. Beginilah cara para penjahat memutarbalikkan ajaran Islam," katanya.

Tangan hitam di balik serangan teroris ini adalah Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM).

Berdasarkan pemikiran radikal dan ekstrim di balik 'Pan-Turkisme' dan 'Pan-Islamisme', ETIM digunakan oleh pasukan separatis untuk mencoba dan menciptakan apa yang disebut negara merdeka yang disebut 'Turkistan Timur', upaya memisahkan Xinjiang dari Tiongkok.

Baca Juga: Berani Masuk ke Kawasan Jayapura Papua Tanpa Gunakan Masker?, Selamat Anda Bakal Sandang Gelar OKB

Tahun 2002, Dewan Keamanan PBB menetapkan ETIM sebagai organisasi teroris. Bahkan rekening bank anggota ETIM dibekukan dan aset disita.

Berdasar sebuah laporan, ETIM didirikan Helen Mexsum, seorang pria dari Kashgar di Xinjiang, pada tahun 1997.

ETIM mengklaim bertanggung jawab atas serangkaian serangan di beberapa kota Tiongkok, termasuk pemboman mobil Lapangan Tiananmen pada 2013 di Beijing, dan serangan teroris di Kunming Stasiun Kereta Api di Provinsi Yunnan pada 2014.

Baca Juga: Jin BTS Dianugerahi Pria dengan Wajah Paling Sempurna di Dunia Oleh Ilmuan Belanda, Oval & Simetris

Desember 2003, Departemen Keamanan Publik Tiongkok dengan tegas melarang ETIM berdiri. Ini adalah pertama kalinya pemerintah Tiongkok secara resmi mengakui, kelompok teroris beroperasi di dalam negeri.

ETIM adalah bagian dari jaringan terorisme internasional yang tidak hanya menargetkan Tiongkok.

Serangan 30 April di Urumqi pada 2014 sangat mirip dengan pemboman teroris 22 Maret di Brussels pada 2016.

Baca Juga: Nekat Pulang dari Malaysia Lewat Hutan Perbatasan Menuju Kapuas Hulu, 3 WNI Hilang Sejak 9 April

Pemboman bunuh diri terkoordinasi itu dilakukan di pusat transportasi, menewaskan lebih dari 30 orang.*** (Tyas Siti Gantina/PR Tasikmalaya)

Editor: Amir Faisol

Sumber: Pikiran Rakyat Tasikmalaya

Tags

Terkini

Terpopuler