Mars Diduga Pernah Alami Banjir Besar, Bukti Baru Pernah Ada Kehidupan, Begini Penjelasan Lengkapnya

23 November 2020, 19:57 WIB
PLANET Mars.* /Dok. NASA/

PR BOGOR - Perseverance NASA akan tiba di Gale Crater di Mars awal 2021. Saat tiba, rover Mars tersebut akan mulai mencari bukti kehidupan purba di sana.

Seperti diketahui, Mars pernah memiliki banyak air cair di permukaan. Keberadaan air cair tersebut adalah indikator utama daerah tersebut mungkin ramah untuk kehidupan.

Kini, sebuah studi baru menemukan Gale Crater adalah situs megaflood kuno, memberikan lebih banyak bukti lokasi khusus ini dulunya dapat dihuni.

Baca Juga: Demi ARMY! Jungkook BTS Buktikan Dirinya Bisa Perbaiki Kebiasaan Lamanya Hanya dalam 3 Hari Saja

Baca Juga: Was-Was Kena Serangan Jantung? Coba Terapkan Perubahan Gaya Hidup Sehat Ini

Baca Juga: Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh Positif Covid-19, Begini Kondisinya

Menurut data yang dikumpulkan oleh Curiosity, banjir besar menyapu Gale Crater sekitar 4 miliar tahun lalu.

Penemuan ini merupakan upaya dari proyek bersama oleh para ilmuwan dari Jackson State University, Cornell University, Jet Propulsion Laboratory, dan University of Hawaii.

Ilmuwan memperkirakan bahwa data banjir besar tersebut menunjukkan adanya kemungkinan kehidupan di kawah Mars tersebut.

Baca Juga: Sebanyak 270 Daerah Bakal Menggelar Pilkada 2020, Arahan Jokowi ke Kapolri: Awasi Protokol Kesehatan

Baca Juga: Sebanyak 270 Daerah Bakal Menggelar Pilkada 2020, Arahan Jokowi ke Kapolri: Awasi Protokol Kesehatan

Baca Juga: Sebut Aktivitas Gempa Guguran Gunung Merapi, BPPTKG: Kejadian Biasa seperti Menjelang Erupsi

Banjir besar yang terjadi kemungkinan dipicu oleh panasnya dampak meteorit dan melepaskan es yang tersimpan di permukaan Mars.

Akibat pemanasan itu, terbentuk gelombang besar, ini menjadi teori geologis yang akrab bagi para ilmuwan di Bumi

Gabungan uap air dan pelepasan gas menghasilkan kondisi hangat dan basah dalam waktu singkat di planet merah.

Baca Juga: Sebut Bakal Bubarkan Reuni 212 Bila Terus Digelar, Pangdam Jaya: Saya dan Polisi akan Menindak Tegas

Baca Juga: Pangdam Jaya Sebut 900 Baliho Rizieq Shihab Sudah Diturunkan, Tak Gentar Meski Dicecar Para Politisi

Baca Juga: Mengenal Sosok Millen Cyrus, Keponakan Ashanty yang Terjerat Kasus Dugaan Narkoba

Kondensasi kemudian membentuk awan uap air, yang pada akhirnya menciptakan hujan lebat, kemungkinan besar di seluruh Mars.

Air tersebut masuk ke Kawah Gale, kemudian digabungkan dengan air yang turun dari Gunung Sharp (di Kawah Gale) lalu menghasilkan banjir bandang dahsyat yang mengendapkan punggungan kerikil di Hummocky Plains Unit dan formasi ridge-and-trough band di Striated Unit.

“Kami mengidentifikasi banjir besar untuk pertama kalinya menggunakan data sedimentologi terperinci yang diamati oleh rover Curiosity. Deposit yang ditinggalkan oleh megafloods sebelumnya tidak diidentifikasi dengan data pengorbit," kata rekan penulis Alberto G. Fairén seorang ahli astrobiologi di College of Arts and Sciences.

Baca Juga: Sempat Dijanjikan, Kini Presiden Jokowi Justru akan Memotong Libur Panjang di Akhir Tahun Ini

Baca Juga: Terjerat Kasus Narkoba, Keponakan Ashanty, Millen Cyrus: Saya Minta Maaf, Saya Salah, Saya Nyesel

Baca Juga: Terpantau Gunung Merapi Alami Guguran Tebing Lava Lama, Begini Penjelasan dari BPPTKG Yogyakarta

Penulis utama Ezat Heydari, seorang profesor fisika di Jackson State University, berpendapat bahwa munculnya fitur berbentuk gelombang raksasa di lapisan sedimen kawah Gale Mars sering disebut 'mega ripples' atau antidunes yang tingginya sekitar 30 kaki dan berjarak sekitar 450 kaki.

“Dulunya Mars adalah planet yang sangat aktif dari sudut pandang geologis. Planet ini memiliki kondisi yang diperlukan untuk mendukung keberadaan air cair di permukaan dan di Bumi, di mana ada air, di situ ada kehidupan," kata Fairen.

Dia mengatakan, misi NASA Perseverance selanjutnya akan membuktikan lebih pasti bahwa Mars dulunya bisa dihuni oleh makhluk hidup.***

Editor: Yuni

Sumber: Tech Explorist

Tags

Terkini

Terpopuler