Penerjemahan itu perlu dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Yogyakarta sejarah masa lampau Sri Sultan HB II.
“Bahkan perhiasan yang dipakai Sri Sultan HB II pada saat itu juga ikut dirampas,” tambahnya.
Baca Juga: Bupati Jember Resmi Dimakzulkan DPRD, PDIP Tegas Nyatakan Faida Langgar Sumpah Janji Jabatan
"Kami mendapat dukungan dari pihak Keraton Yogyakarta dan para keturunan Sri Sultan HB II. Bahkan yayasan Yantra juga siap bantu,” papar Bagoes.
Menurut Bagoes, pihak trah keturunan juga menginginkan penulisan sejarah mengenai Perjuangan Sri Sultan HB II dan Perang Sepehi.
“Hal itu perlu untuk menambah wawasan para generasi saat ini,” kata Bagoes.
Baca Juga: Pengawas Eksekutif OJK Terima Suap, Diduga Kantongi Rp7,45 Miliar dari Bank Bukopin Cabang Surabaya
Untuk mendukung berbagai upaya tersebut, serta dalam rangka pengusulan gelar Pahlawan Nasional, akan diselenggarakan pementasan wayang kulit dengan lakon Perang Sepehi. Pentas wayang akan dibawakan dalang Ki Catur Benyek Kuncoro.
Dihubungi terpisah, dalang Ki Catur Benyek Kuncoro menyebut, pergelaran wayang mengambil format Babad bukan Wayang Purwo.
"Babad yang dimainkan adalah Babad Diponegoro. Sumbernya dari Babad Diponegoro yang ditulis Pangeran Diponegoro saat berada di pembuangan," terangnya.