Ungkap Pernah Dicap Radikalis dan Acara Dibatalkan, Ustadz Hilmi: Pelakunya Masih Sama

- 11 April 2021, 17:35 WIB
Ustaz Hilmi Firdausi. Ustadz Hilmi Firdaus pernah dicap radikalis hingga agenda ceramahnya dibatalaknya. Ustadz Hilmi Firdaus mengaku pelakunya masih sama.
Ustaz Hilmi Firdausi. Ustadz Hilmi Firdaus pernah dicap radikalis hingga agenda ceramahnya dibatalaknya. Ustadz Hilmi Firdaus mengaku pelakunya masih sama. /Instagram.com/@dindakazami

PR BOGOR - Ustadz Hilmi Firdaus mengaku pernah mengalami hal yang menimpa Ulama NU, KH Cholil Nafis.

Tahun lalu, Ustadz Hilmi mengaku dicap radikalis hingga agenda ceramahnya juga dibatalkan.

Menariknya, Ustadz Hilmi menyebut jika pelakunya masih sama. Maksudnya?

Baca Juga: 12 Pantun Ucapan Sambut Ramadhan 2021, Menghibur dan Sarat Makna, Pas Dikirim di Media Sosialmu!

Baru-baru ini tim sukses Jokowi yang baru sekitar 6 bulan menjabat Komisaris Independen PT Pelni (Persero), Kristia Budiyarto atau Kang Dede membatalkan acara ceramah Ramadhan di Pelni.

Kang Dede membatalkan agenda ceramah Ramadhan di Pelni oleh sejumlah penceramah, termasuk Ulama NU, KH Cholil Nafis, lantaran dinilanya radikalis.

Kegaduhan ini dikomentari penceramah muda Ustadz Hilmi Firdaus.

Baca Juga: Pejabat Mudah Tuduh Orang Radikalis, Ustadz Hilmi Selektif Terima Undangan Ceramah Ramadhan

Hilmi mengaku pernah mengalami hal sama, yakni dicap radikal dan dibatalkan acaranya.

Ustadz Hilmi mengatakan, pembatalan ceramah di BUMN sering terjadi akhir-akhir ini.

Pembatalan lantaran tudingan serius pada para ustadz, yakni sering dinilai radikalis.

Hilmi mengaku pernah alami pada tahun lalu.

Baca Juga: Tolak THR Dibayar Dicicil, KSPI Besok Unjuk Rasa Minta Batalkan Omnibus Law

Bahkah, Hilmi menyebut pelakunya sama seperti saat ini.

“Saya dengar ada lagi ya penceramah yang dibatalkan di BUMN."

"Pelakunya masih sama, tahun lalu saya jadi korban."

"Prihatin, hari ini masih ada aja orang seperti itu,” tulis Ustadz Hilmi di Twitter-nya pada Minggu, 11 April 2021.

Hilmi pun mengaku saat ini memiliki 100 jadwal untuk ceramah di Bulan Ramadhan.

Namun, karena ada kekhawatiran disebut radikal, dia meminta stafnya menyeleksi undangan yang ada.

Dia beralasan, dari pada di tengah waktu nanti dibatalkan, lebih baik dirinya yang membatalkan duluan.

“Tahun ini, dari 100-an jadwal yang masuk selama Ramadhan, saya perintahkan staf saya untuk menseleksi, daripada saya dibatalkan mending saya yang batalkan,” tulisanya.

Dia pun mengaku khawatir pemahaman yang salah akan terus terjadi pada saling tuding radikalis.

Padahal, lanjutnya, seharunya semua orang yang berprasangka sebaiknya menambah literasi ketimbang mudah menuduh.

Saat ini, dalam penilannya, pejabat mudah menuduh seseorang radikal hanya karena berbeda pendapat dengan pemerintah.

“Jangan karena berbeda, lalu mudah sekali menuduh orang radikal,” kata Ustad Hilmi.

Dengan kondisi saat ini, alangkah baiknya menambah literasi keislaman untuk menambah wawasan beragama.

Harapannya adalah, setiap orang yang berbeda pandangan dengan pemeritah tidak mudah dicap radikalis.

“Biasakanlah menggunakan akal sebelum bicara."

Jelas dia, Indonesia bisa merdeka karena bersatu dalam perbedaan.

Bukan seperti saat ini, penuh dengan hujatan dan saling menyebar kebencian.

"Indonesia dibangun dengan persatuan dalam perbedaan, bukan dengan hujatan dan kebencian,” pungkas Ustad Hilmi.

"Perbanyaklah literasi keislaman, sehingga pemikiran tentang islam menjadi komprehensif dan tidak dangkal," jelasnya.***

 

Editor: Rizki Laelani


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x