Curhat Caleg PKS Diprank Warga, 4 Tahun Bantu Saluran Air Bersih, Eh saat Coblosan Cuma Dapat Sedikit Suara

- 14 Maret 2024, 15:00 WIB
Caleg dari PKS Sumedi Madasik kecewa lantaran gagal meraih kursi DPRD Kota Cilegon pada Pemilu 2024 ini. Dia lantas memutus aliran air bersih dari pompa miliknya.
Caleg dari PKS Sumedi Madasik kecewa lantaran gagal meraih kursi DPRD Kota Cilegon pada Pemilu 2024 ini. Dia lantas memutus aliran air bersih dari pompa miliknya. /Foto: kolase Facebook/ANTARA/Sumedi Madasik

PEMBRITA BOGOR - Seorang calon anggota legislatif (caleg) di Cilegon, Banten, menjadi sorotan publik setelah viral karena menutup akses aliran sumur bor yang menjadi sumber air bersih bagi warga.

Caleg tersebut adalah Sumedi Madasik, yang mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kota Cilegon dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Kejadian ini terjadi di RT 003/006 Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten.

Akibat pemutusan ini, warga harus berjalan sejauh 2 kilometer sambil membawa galon sebagai wadah isi air. Padahal sebelumnya, selama 4 tahun, warga sudah menikmati aliran air bersih dari pompa milik Sumedi.

Menurut keterangan warga sekitar, pemutusan air bersih oleh Sumedi terjadi pada 18 Februari 2024 lalu atau setelah 4 hari pemilihan umum (pemilu) serentak.

Beberapa warga sempat meminta Sumedi untuk kembali mengalirkan air ke rumah-rumah. Namun, Sumedi tidak menyanggupi permintaan warga lantaran tidak ada biaya lagi.

Sumedi memberikan tanggapan terkait keluhan yang disampaikan oleh warga Cisuru terkait pemutusan aliran air bersih dari sumur bor miliknya.

Baca Juga: WADUH! Pelaku Kasus 'Cinta Segitiga Maut' yang Tewaskan Indriana Dewi Ternyata Caleg DPR Dapil Jawa Barat

Meskipun mengakui memang memutuskan aliran air bersih warga, namun Sumedi menegaskan tindakan tersebut bukan disebabkan oleh kegagalannya dalam pencalonan sebagai anggota parlemen Kota Cilegon.

Dia mengatakan bahwa pemutusan aliran air bersih dilakukan setelah mencapai kesepakatan bersama dengan warga, sebagai upaya mencari solusi untuk mengurangi beban biaya yang selama ini ditanggungnya.

Bantu Warga 4 Tahun

Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Cilegon, Banten, terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer.
Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Cilegon, Banten, terpaksa harus mengambil air bersih sejauh 2 kilometer. /Foto: ANTARA/Susmiatun Hayati/Yovita Amalia/Rinto A Navis

Informasi yang dihimpun, warga harus membayar aliran pompa air sebesar Rp10.000. Sumedi Madasik mengaku dirinya hanya menerima Rp5.000.

Sementara, sisa uang tersebut dikelola warga setempat untuk perawatan mesin dan beban listrik.

"Saya memang nyaleg, memang saya gagal, mungkin Allah belum meridhoi saya untuk mewakili yang seutuhnya," kata Sumedi, Rabu, 13 Maret 2024.

Diketahui, Sumedi sudah menanggung biaya listrik sumur bor selama selama 4 tahun.

"Sudah berjalan 4 tahun lebih, selisihnya antara Rp 2 sampai Rp 2,5 juta setiap bulannya, dan saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," imbuhnya.

Sebelum melakukan pemutusan aliran air bersih, Sumedi sudah mengadakan pertemuan dengan para tokoh masyarakat setempat. Dalam pertemuan itu, dia meminta agar biaya listrik dan perawatan mesin sepenuhnya ditanggung oleh warga.

Dia juga mengusulkan agar iuran pengambilan air bersih dari sumur bor miliknya dinaikkan sebagai langkah untuk menutupi biaya yang ditanggungnya. Hal ini dilakukan karena Sumedi tak lagi memiliki biaya setelah gagal nyaleg.

"Supaya bisa menutupi biaya listriknya, saya berharap naik. Ternyata sampai detik ini belum ada solusi. Ketika pertemuan dengan tokoh masyarakat, saya bilang air sementara saya tutup. Bukan saya putus. Tujuannya kan supaya jadi ada yang terbaik buat saya pribadi dan solusi buat masyarakat," katanya.***

Editor: Khairul Anwar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah