Hubungan Kedua Negara Memburuk, AS Penjarakan Ilmuan Tiongkok 25 Tahun Atas Dakwaan Spionase Ekonomi

- 27 Juni 2020, 15:48 WIB
ILUSTRASI bendera Tiongkok-Amerika Serikat.*
ILUSTRASI bendera Tiongkok-Amerika Serikat.* /Pixabay/

 

PR BOGOR - Seorang ilmuan Tiongkok didakwa 25 tahun penjara karena dituduh bersalah atas tindakan pidana kekayaan intelektual

Ilmuan yang diketahui bernama Zhang Hao merupakan lulusan Universitas California Selatan di Los Angeles, California, Amerika Serikat.

Zhang didakwa melakukan spionase ekonomi di sektor industri teknologi di Amerika Serikat.

Baca Juga: Dua WNI di Tahan Selama 13 Tahun di Malaysia, Mengaku Bukan Warga Indonesia Melainkan Sunda Empire

Dakwaan Majelis Hakim terhadap Zhang menambahkan hubungan gelap antara Amerika Serikat dan Tiongkok, utamanya pemerintahan Donald Trump yang sangat antipati terhadap ilmuan dan insiyur negeri tirai bambu itu.

Zhang yang ditangkap pada tahun 2015 ini, mejalani sidang dakwaan pada Jumat 26 Juni 2020 melalui sidang virtual lantaran berkenaan dengan pandemi virus corona.

Dia ditahan pihak berwenang Amerika Serikat pada tahun 2015 saat hendak menghadiri sebuah konfrensi di Amerika Serikat.

Baca Juga: Papa dan Mama Muda Jangan Lupakan Amalan Mbah Maimoen, Rumah Tangga Barokah Hingga Rezeki Melimpah

Dikutip Pikiranrakyat-bogor.com dari South China Mornis Post (SCMP), Sabtu 27 Juni 2020, Zhang dituduh berkonspirasi dengan temannya di Universitas California Selatan untuk mencuri rahasia Amerika Serikat ke Pemerintah dan Militer Tiongkok melalui perusahaan Shell di Kepulauan Cayman.

Semenjak Pemerintahan Barack Obama hingga Donald Trump, Amerika Serikat memang gencar melakukan agresi terhadap pencurian kekayaan intelektual Tiongkok.

Zhang harus menghadapi dakwaan 15 tahun penjara karena spionase ekonomi dan 10 tahun penjara karena pencurian rahasia dagang.

Baca Juga: Heboh Sosok Misterius Tertangkap Kamera Wisatawan Gunung Salak, Jangan Lupa Kulonuwun Berada di Alam

Pengacaranya berpendapat, karya Zhang di salah satu universitas teknis paling bergengsi di Tiongkok dimanfaatkan hanya untuk mengembangkan teknologi penyaringan radio yang digunakan pada ponsel.

Misi ini bertujuan untuk memajukan pengetahuan ilmiah, bukan untuk kepentingan negara Tiongkok.

Zhang dan pengacaranya memilih untuk mengajukan kasusnya di hadapan Hakim Distrik AS, Edward Davila.

Baca Juga: Usai Lapor Polisi, Sang Ibu Murka Anak Kandungnya Diperkosa Suami Kedua yang Baru Menikah 1 Minggu

Pengacaranya memberikan bukti termasuk email yang menurut jaksa berisi data rahasia dagang dan pengakuan yang dibuat Zhang saat diperiksa FBI.

Dalam argumen penutup, pengacaranya juga membuat pilihan strategis untuk fokus pada tuduhan spionase yang lebih serius daripada tuduhan pencurian rahasia dagang.

Jaksa mengatakan, rahasia yang dicuri Zhang berasal dari mantan majikan, Skyworks Solutions, yang berbasis di Woburn, Massachusetts, dan Avago Technologies yang berbasis di San Jose, yang mengakuisisi Broadcom pada 2015.

Baca Juga: Komentar Warga Twitter Usai Tonton Video Musik How You Like That: Jisoo Pakai Daster Saja Cantik

Teknologi yang dipermasalahkan tersebut merupakan teknologi yang menyaring sinyal di ponsel, yang tidak diinginkan di ponsel dan perangkat lain, menjadi lebih sulit karena produk nirkabel telah ada di mana-mana.

Zhang bekerja di Skyworks setelah mendapatkan gelar doktor di bidang teknik listrik di Universitas California Selatan pada tahun 2006.

Di kampusnya, Zhang bertemu Wei Pang, yang kemudian bekerja di Avago dan, menurut jaksa penuntut, adalah co-conspirator utama Zhang.

Baca Juga: Logo Baru Unilever Global Lekat dengan Kaum LGBTQI, Sengaja Digunakan untuk Inklusi Bisnis Mereka

Keduanya kembali ke Tiongkok untuk mengajar di Universitas Tianjin, sebuah sekolah teknik utama.

Di TJU, para profesor diduga menggunakan informasi curian untuk memperbaiki teknologi filter radio, mengajukan paten di AS dan Tiongkok, dan menjualnya melalui perusahaan yang tergabung di Kepulauan Cayman.

Zhang adalah yang pertama dari enam terdakwa yang diadili dan mungkin satu-satunya karena yang lain berada di Tiongkok.

Baca Juga: Lagu How You Like That Sudah Mengudara Berikut Video Musiknya, Simak Lirik dan Terjemahannya

Davila mengatakan, persidangan hari Jumat lalu, bukti yang diajukan di persidangan - banyak yang disetujui oleh kedua belah pihak sehingga menunjukkan Zhang tahu informasi yang dipermasalahkan adalah rahasia dagang.

"Dia mengajukan permohonan paten menggunakan rahasia curian dan mendaftarkan dirinya sebagai penemu," kata hakim.

Untuk mendukung temuannya Zhang bersalah atas spionase ekonomi, Davila mengutip bukti bahwa rencana profesor disponsori oleh TJU.

Baca Juga: MV How You Like That Milik BLACKPINK Meluncur, Blink Kompak Satukan Suara 'No One Literally No One'

Pengacara Zhang tidak segera mengomentari vonis tersebut. Hukuman ditetapkan untuk 31 Agustus.

Hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat kian memanas

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping (kanan).*
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump (kiri) dan Presiden Tiongkok Xi Jinping (kanan).*

Putusan Jumat datang di tengah memburuknya hubungan antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Baca Juga: Mantan Menkopolhukam Wiranto Sempat Jadi Korban Terorisme, Negara Beri Kompensasi Sebesar Rp 37 Juta

Terlepas dari pertemuan-pertemuan yang diadakan Sekretaris Negara AS Mike Pompeo dengan mitranya dari Tiongkok di Hawaii minggu lalu, hubungan kedua negara ini tetap memburuk karena masalah-masalah dari penanganan virus corona di Tiongkok.

Juga diberlakukannya undang-undang yang membatasi Hong Kong dan perlakuannya terhadap etnis minoritas di Indonesia di Provinsi Xinjiang.

Pentagon minggu ini menerbitkan daftar 20 perusahaan Tiongkok yang katanya dimiliki atau dikendalikan oleh militernya.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad Beberkan Doa Penyelamat, Amalkan 3 Bacaan Ini agar Terlindung dari Fitnah Dajjal

Pada hari Kamis, AS memenangkan surat perintah penangkapan untuk mantan presiden pembuat chip milik negara Tiongkok sebagai bagian dari 'Inisiatif Tiongkok' untuk administrasi Trump yang menargetkan pencurian, peretasan, dan spionase rahasia dagang.***

Editor: Amir Faisol

Sumber: South China Morning Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x