Tiongkok Terapkan Sanksi Ekonomi Bagi Australia, Imbas Desakan Investigasi Terkait Virus Corona

- 28 Mei 2020, 14:21 WIB
BENDERA Republik Rakyat Tiongkok.*
BENDERA Republik Rakyat Tiongkok.* /REUTERS/

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Sejumlah negara di dunia menganggap Tiongkok sebagai 'Dalang' atas terjadinya penyebaran wabah virus corona yang kini melanda dunia.

Hal tersebut memicu munculnya desakan penyelidikan terkait hal tersebut semakin gencar digaungkan. Salah satu negara yang mendesak untuk dilakukannya penyelidikan tersebut adalah Australia.

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Daily Express, tindakan Australia pun membuat pihak Tiongkok naik darah beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Indonesia Masih Tinggi, Netty: New Normal Terkesan Kebijakan yang Terburu-Buru

Tindakan tegas diambil Pemerintah Tiongkok dengan memberlakukan sanksi ekonomi sehingga memutus hubungan Tiongkok dengan Canberra, Australia yang segera lumpuh setelah kebijakan itu diberlakukan.

Sebab, menurut Departemen Luar Negeri Australia, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar di negara tersebut dengan keuntungan lebih dari Rp 699 triliun.

Tiongkok juga telah menghentikan impor daging sapi ke Australia sejak 12 Mei 2020. Selain itu juga memberikan tarif sebesar 80 persen untuk impor gandum dari Negara Kanguru tersebut.

Baca Juga: Sejumlah Daerah Siap Menerapkan Tatanan New Normal, Bima Arya: Kota Bogor Terapkan 4 Juni Mendatang

Sebelumnya, pada akhir April lalu, Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne memimpin seruan penyelidikan independen terhadap COVID-19 di Tiongkok.

Dirinya pun mendapat dukungan dari Scott Morrison selaku Perdana Menteri Australia dengan mengatakan bahwa Tiongkok diduga tidak transparan dalam memberikan data terkait wabah virus corona.

Tak tinggal diam, Zhong Shan selaku Menteri Perdagangan Tiongkok merespon tudingan tersebut dan menegaskan bahwa sanksi terhadap gandum merupakan bagian dari investigasi anti-dumping bersama Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Didesak Australia untuk Investigasi Virus Corona, Tiongkok Naik Darah"

Anti-dumping sendiri merupakan sebuah perjanjian yang berkaitan dengan penjualan produk yang lebih murah di negara tujuan dibandingkan negara asal.

Zhong Shan juga mengatakan perselisihan ini pertama kali terjadi sejak hubungan perdagangan kedua negara dilakukan.

"Sejak pembentukan hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Australia, kasus ini pada gandum Australia adalah satu-satunya investigasi perdagangan yang diluncurkan Tiongkok terhadap Australia," tutur Zhong Shan.

Baca Juga: Mudik Dilarang, ini Beberapa Aksi Pemudik Bandel yang Coba Kelabui Pemeriksaan Petugas Kepolisian

Menurutnya, pada periode yang sama Australia telah meluncurkan 100 investigasi perdagangan lain terhadap Tiongkok.

Richard McGregor, seorang pakar Tiongkok mengungkapkan bahwa saat ini Beijing ingin menggunakan Australia sebagai contoh bagi seluruh dunia yang terus mendesak penyelidikan virus corona.

"Ketika Tiongkok ingin menghukum suatu negara, mereka melakukannya di depan umum sehingga negara itu dan penduduknya jelas tahu ada harga untuk berseberangan dengan Tiongkok," jelas McGregor.

Baca Juga: Diduga Terjadi Korsleting pada Mesin, Sebuah Mobil Ludes Terbakar di Bahu Jalan Tol Jakarta-Cikampek

Dirinya juga mengatakan bahwa Tiongkok perlu memertimbangkan seberapa jauh tindakan yang perlu diambil terhadap Australia. Pasalnya, hal itu dapat berakibat adanya peninjauan kembali oleh negara-negara lain mengenai hubungan diplomatik mereka dengan Beijing, Tiongkok.

"Jika mereka (negara lain) melihat Tiongkok menghukum demokrasi hanya karena membuat poin yang tidak biasa tentang perlunya penyelidikan virus, maka itu akan membuat banyak dari mereka bertanya-tanya mengelola hubungan kembali dengan Tiongkok," imbuhnya.

Kembali memanasnya hubungan dengan Tiongkok membuat Australia semakin terpuruk sejak resesi pertamanya dalam tiga dekade akibat krisis virus corona.

Baca Juga: Langgar Kesepakatan dengan Pemkot Bogor, Bima Arya Tertibkan Lapak PKL di Pasar Bogor

Reserve Bank Austalia bahkan memperkirakan ekonomi akan menyusut 10 persen pada semester pertama tahun ini. Bahkan, pengangguran pun diprediksi akan naik dengan angka yang sama sebanyak 10 persen.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x