Lockdown Tak Efektif, 66 Persen Pasien Corona di New York Akui Tak Keluar Rumah

- 7 Mei 2020, 17:46 WIB
Ilustrasi Karantina
Ilustrasi Karantina /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Amerika Serikat hingga kini masih menjadi negara dengan jumlah kematian terbanyak di dunia, namun dibalik hal itu ada fakta terbaru yang ditemukan berdasarkan hasil penelitian.

Sebuah penelitian dilakukan terhadap sekiranya 1.000 pasien baru yang di rawat di rumah sakit New York, Amerika Serikat (AS).

Hasilnya, mayoritas orang yang masih di rawat di rumah sakit karena virus corona di seluruh negara bagian New York, AS, adalah mereka yang tinggal di rumah.

Baca Juga: Peneliti Tiongkok Dibunuh Karena Hampir Temukan Fakta Baru COVID-19, Simak Penjelasannya

Sehingga, muncul pertanyaan publik mengenai efektivitas kebijakan lockdown yang diambil pemerintah.

Dikabarkan Daily Mail, dari 1.000 pasien positif COVID-19 di New York, 66 persen adalah mereka yang tinggal di rumah sedangkan 18 persennya datang dari panti jompo.

Berdasarkan fakta tersebut, kemungkinan yang paling sesuai adalah mereka terinfeksi pada saat pergi keluar untuk membeli bahan pangan atau barang -barang penting lainnya atau pun terpapar dari salah satu keluarga yang bekerja di luar rumah.

Baca Juga: Jumlah Ibu Hamil di Kota Tasikmalaya Capai 3.219 Orang, Efek Pandemi COVID-19?

Andrew Cuomo selaku Gubernur New York menyatakan mereka terinfeksi karena perilaku dari pasien tersebut yang tidak dapat dikendalikan oleh penguncian yang kini sedang dilakukan.

Sebagai informasi, Kota New York, Amerika Serikat mencatat sebanyak 321.000 kasus positif dengan jumlah kematian mencapai 19.877 jiwa.

Namun, data terbaru menunjukkan bahwa angka kasus baru yang terjadi di New York telah mengalami penurunan.

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.com dengan judul "66 Persen Penderita COVID-19 di New York Ternyata Tak Pernah Keluar Rumah Saat Pandemi"

Semenjak aturan untuk tinggal di rumah diberlakukan pada Maret 2020 lalu, lebih dari 80 persen pasien positif yang di rawat di rumah sakit New York mengakui bahwa mereka tidak menggunakan angkutan umum.

Dari semua pasien rawat inap yang baru, 73 persen berusia di atas 51 tahun. Kemudian, kelompok yang dianggap rentan yakni orang dengan usia 61 hingga 70 tahun tercatat hanya 20 persen dari pasien baru yang kini tengah di rawat.

Sementara itu, 96 persen pasien memiliki kondisi kesehatan mendasar dan sebagian besar kasus berada di Manhattan sebesar 21 persen kemudian di wilayah Long Island sebanyak 18 persen.

Baca Juga: Dinyatakan Positif COVID-19, 'Profesor Lockdown' Langgar Aturannya Sendiri

Andrew Cuomo mengatakan data tersebut adalah hasil dari survei yang dilakukan pada rumah sakit yang merawat pasien positif COVID-19.

Survey tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencari tahu mengapa banyak orang yang terinfeksi virus dan melihat latar belakang dari orang-orang tersebut.

Ia menambahkan bahwa untuk sementara waktu ini, data menunjukkan jumlah infeksi baru disebabkan oleh 'perilaku pada pasien' dan bukan karena kuncian yang dilakukan pemerintah.

Baca Juga: Bersitegang dengan AS, Kapal Perang Tiongkok Disiagakan di Laut Tiongkok Selatan

Dirinya menilai kebijakan pemerintah untuk melarang warganya keluar rumah umumnya cukup meminimalisir penyebaran virus sehingga kuncian masih menjadi rencara yang baik secara menyeluruh.

"Angka-angka di seluruh negara akan naik. Bagi saya itu membuktikan apa yang kita lakukan di sini. Apa yang kami lakukan di sini menunjukkan hasil," kata Gubernur New York, Andrew Cuomo dikutip Pikiran-Rakyat.com.

selama 8 minggu penguncian secara nasional, Kota New York telah mengurangi penyebaran infeksi dan jumlah kematian secara drastis.

Baca Juga: Merasa Ditelantarkan, Pasangan Lansia Asal Tiongkok Bawa Anaknya ke Ranah Hukum

Dia menambahkan bahwa negara akan tetap ditutup setidaknya hingga 15 Mei 2020 mendatang. Nantinya, setiap daerah harus memenuhi tujuh persyaratan ketat yang telah ditetapkan oleh Cuomo sebelum akhirnya membuka penguncian secara bertahap yang akan dimulai dengan para pekerja manufaktur dan konstruksi.

Kemudian beralih ke layanan profesional, sedangkan restoran akan berada di fase ketiga dan pendidikan serta hiburan berada dalam urutan terakhir.

Sementara itu, untuk pemilik bisnis disarankan sementara waktu tidak membuat sebuah rencana baru untuk mengurangi kepadatan pekerja ketika karyawannya kembali bekerja.

Baca Juga: Jumlah kasus COVID-19 Melonjak, 12.776 Orang Dinyatakan Positif

Akan tetapi, belum ada pernyataan resmi terkait kapan masyarakat mulai dapat beraktivitas normal ketika pembukaan kuncian secara bertahap dilakukan.

Pada Selasa, 5 Mei 2020 lalu, ada 232 kematian terjadi di seluruh negara bagian New York, AS dan 600 pasien baru yang di rawat.

Berdasarkan hal tersebut, Cuomo mengatakan bahwa tren paparan virus masuh cukup tinggi meskipun telah alami penurunan.

Baca Juga: Viral Jenazah WNI Dibuang ke Laut oleh Kapal Tiongkok, Rekan ABK Ungkap Hal Mengejutkan

Dirinya juga mengaku terkejut dengan hasil survey yang diperolehnya. Orang yang perilakunya tidak menaati aturan untuk tetap tinggal di rumah maka akan pulang dengan virus corona yang telah menginfeksinya.

Seraya mengakhiri, Cuomo juga memperingatkan bahwa ketika krisis berakhir, jumlah sebenarnya dari kematian kemungkinan akan 'jauh lebih buruk' daripada apa yang dilaporkan sekarang dengan lebih mungkin ditemukan dalam kematian di rumah atau bahkan sebelum kasus pertama ditemukan di AS.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x