Menurut laporan AP News, jumlah kematian tersebut merupakan tertinggi sejak pengalihan kekuasaan Aung San Suu Kyii pada 1 Februari 2021 lalu.
Dari sejumlah video yang beredar di media sosial, para aparat menembakkan ketapel ke arah pengunjuk rasa, bahkan mengejar hingga memukuli kru ambulans.
Sejak kudeta militer, para demonstran terus membanjiri jalan-jalan kota di seluruh negeri.
Baca Juga: Hasil Swiss Open 2021: 4 Pebulutangkis Indonesia Melaju ke Babak 16 Besar
Bahkan jumlah mereka semakin banyak meskipun berbagai upaya serangan yang dilancarkan aparat.
Mulai dari menembakkan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam untuk membubarkan massa, dan menangkap pengunjuk rasa secara massal.
Meningkatnya tindakan keras telah menyebabkan peningkatan upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis politik Myanmar.
Namun dengan kematian melonjak pada Rabu kemarin, masih belum dipastikan apakah hal ini akan mengubah dinamika.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diperkirakan akan mengadakan pertemuan tertutup mengenai situasi yang terjadi di Myanmar pada Jumat, 5 Maret 2021.
Meski begitu, upaya koordinasi dari PBB tampaknya akan berlangsung sulit karena dua anggota tetap Dewan Keamanan, China dan Rusia, hampir pasti akan memveto itu.