Ketegangan Kedua Negara Tak Kunjung Usai, FBI Nyatakan Tiongkok Jadi Ancaman Terbesar AS

8 Juli 2020, 18:03 WIB
MANTAN Penasihat John Bolton menerbitkan buku kontroversial yang mengatakan bahwa Trump sempat memohon-mohon pada Xi Jinping, rivalnya selama ini.* /AFP/Jim WATSON dan Peter KLAUNZER

PR BOGOR - Hubungan kedua negara antara Amerika Serikat dan Tiongkok kian memanas setelah keduanya saling menyalahkan.

AS menyalahkan Tiongkok sebagai negara penyebab terjadinya pandemi global Covid-19 yang kini belum mereda.

Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) mengatakan, operasi spionase Tiongkok merupakan ancaman terbesar bagi AS dalam jangka panjang.

Baca Juga: Tak Ingin Calon Perwira TNI Polri Manja dan Merengek, Kapolri Tempatkan Akpol di Poso hingga Papua

Direktur FBI, Christopher Wray menyebut, pemerintah Tiongkok mendalangi operasi untuk mencuri rahasia dagang.

Lebih dari itu, FBI menyebut Tiongkok mengancam tatanan hidup AS dalam konteks yang lebih besar.

FBI membongkar satu kasus kontra-intelijen baru yang melibatkan Tiongkok setiap sepuluh jam.

Baca Juga: PDIP: Anies Baswedan Main Belakang, Minta Jatah 5 Persen dari Proyek Reklamasi Kawasan Ancol

Menurut Wray, Tiongkok setidaknya terlibat dalam upaya untuk menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia dengan segala cara yang diperlukan.

Artikel ini telah tayang di Galamedia.pikiran-rakyat.com dengan judul 'Hubungan Makin Tegang, FBI Sebut China Jadi Ancaman Terbesar Bagi AS'.

Hal itu disampaikan Wray dalam pidatonya di Institut Hudson di Washington, sebagaimana diberitakan di Galamedia.pikiran-rakyat.com, Selasa 7 Juli 2020.

Wray dalam pidato selama hampir satu jam itu menguraikan gambaran yang jelas tentang campur tangan Tiongkok.

Baca Juga: Buntut Kasus Rhoma Irama Manggung di Bogor, Bupati Ade Yasin Diancam Dipolisikan Penyelenggara

Termasuk soal kampanye spionase ekonomi yang luas, pencurian data dan moneter serta kegiatan politik ilegal. Bahkan disebutkannya, Tiongkok menggunakan suap dan pemerasan untuk mempengaruhi kebijakan AS.

"Kami sekarang sudah mencapai titik di mana FBI kini membuka kasus kontra-intelijen baru terkait Tiongkok setiap 10 jam," kata Wray.

"Dari hampir 5.000 kasus kontra-intelijen aktif saat ini yang sedang berlangsung di seluruh negeri, hampir setengahnya terkait Tiongkok," sambungnya.

Baca Juga: Menyusul Moratorium Lowongan CPNS 5 Tahun ke Depan, Sri Mulyani Hentikan Rekrutmen Bagi Lulusn STAN

Lebih lanjut Wray mengungkapkan, Presiden Tiongkok Xi Jinping telah mempelopori program yang disebut "perburuan rubah".

Program ini menargetkan warga negara Tiongkok yang tinggal di luar negeri, yang dipandang sebagai ancaman bagi negaranya.

"Pemerintah Tiongkok ingin memaksa mereka kembali ke Tiongkok, dan taktik Tiongkok untuk melakukan itu mengejutkan," kata dia.

Baca Juga: Perempuan Indonesia Terancam Kekerasan Seksual Bak Sister in Danger, Nasdem Desak RUU PKS Disahkan

"Ketika tidak bisa menemukan satu target perburuan rubah, pemerintah Tiongkok mengirim utusan untuk mengunjungi keluarga target di sini, di Amerika Serikat. Pesan yang mereka sampaikan? Target itu memiliki dua pilihan: kembali ke Tiongok segera, atau bunuh diri," ungkapnya.

Apa yang disampaikan Wray jelas menandakan bahwa Washington sekarang melihat Beijing tidak hanya sebagai musuh yang agresif. Lebih dari itu juga pesaing ambisius dalam kepemimpinan global.

Sebelumnya, sejak wabah Covid-19 terjadi di AS, pemerintahan Donald Trump memang telah melampiaskan kemarahan terhadap Tiongkok.

Baca Juga: Dikecam Pendahulunya Susi Pudjiastuti, Edhy Prabowo Lanjutkan Misinya Izinkan Ekspor Benih Lobster

Terlebih atas respon mereka terhadap virus corona dan spionase ekonomi terhadap undan-undang keamanan nasional baru Hong Kong.***(Lucky M. Lukman/Galamedia News/PRMN)

Editor: Amir Faisol

Sumber: Galamedianews

Tags

Terkini

Terpopuler