"UNtuk keseluruhan tahun kita ada antara positif 0,6 persen hingga 4,8 persen untuk konsumsi pemerintah. Jadi pemerintah sudah melakukan all out melalui kebijakan belanja atau ekspansi fiskalnya untuk counter cyclical," tuturnya.
Sementara itu, PMTB pada kuartal ketiga diperkirakan masih dalam posisi yang cukup berat yaitu minus 8,5 persen hingga minus 6,6 persen sehingga untuk keseluruhan tahun diprediksikan minus 5,6 persen hingga minus 4,4 persen.
Untuk ekspor pada kuartal ketiga masih dalam kisaran antara negatif 13,9 persen hingga negatif 8,7 persen hingga keseluruhan tahun akan kontraksi antara minus 9 persen hingga minus 5,5 persen.
Baca Juga: Indonesia Dipastikan Resesi Bila Saja Kuartal III 2020 Ekonomi -2 Persen, Kata Menkeu Sri Mulyani
Kemudian dari sisi impor pada kuartal ketiga diperkirakan berada dalam zona negatif antara 26,8 persen hingga 16 persen sehingga untuk keseluruhan tahun akan terkontraksi lebih dalam yaitu minus 17,2 persen hingga sampai minus 11,7 persen.
"Keseluruhan tahun 2020 proyeksi kami di Kementrian Keuangan adalah antara minus 1,7 persen hingga minus 0, persen. Kalau kita lihat kontribusi dari negatif dua-duanya ini terbesar adalah dari investasi konsumsi dan ekspor kita," ujar Sri Mulyani.
Sementara untuk tahun depan, Sri Mulyani menuturkan tetap menggunakan prediksi sesuai dengan RAPBN 2021 yakni antara 4,5 persen hingga 5,5 persen dengan forecast titiknya di 5 persen.
Baca Juga: [Update Banjir Cicurug]: Meski Air Bah Sudah Surut, Dampaknya Infrastruktur Hancur, Jembatan Ambruk
Meskipun begitu, Sri Mulyani menekankan bahwa realisasi terhadap semua proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut akan bergantung pada perkembangan kasus Covid-19.
"Sangat tergantung bagaimana perkembangan kasus Covid-19 dan bagaimana ini akan mempengaruhi aktivitas ekonomi," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani.***