ITB Sebut Ada Potensi Tsunami Setinggi 20 Meter di Banten, Segmen Megathrust Jalur Sepi Gempa Pecah

- 21 September 2020, 06:58 WIB
ILUSTRASI tsunami.*
ILUSTRASI tsunami.* /STEFAN KELLER/PIXABAY/

PR BOGOR - Masyarakat Indonesia yang bermukim di wilayah pesisir Pantai Selatan Jawa Timur dan Jawa Barat diminta mewaspadai adanya potensi Tsunami.

Peringatan itu bukan tanpa alasan, ahli menyebut potensi itu bisa terjadi akibat pecahnya segmen-segmen megathrust jalur sepi gempa (seismic gap) di Samudera Indonesia secara bersamaan.

Potensi ini diungkapkan Ahli Seismologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro dalam keterangan tertulisnya sebagaimana dilansir dari Pikiranrakyat-depok.com, Minggu 20 September 2020.

Baca Juga: Jungkook BTS Menemukan Hobi Baru Selain Olahraga, Belakangan Lebih Sering Pergi ke Dapur Masak Pizza

Dalam penelitian ini terdapat sembiln orang yang mengelompok dalam satu tim, di antaranya, Endra Gunawan, Nick Rawlison, Abdul Muhari, Nuraini Rahma Hanifa, Jim Mori, Pepen Supendi, Susilo, Andri D Nugraha, Hasbi A Shiddiqi, dan Hengki E Putra.

Widiyantoro bahkan menyebut, potensi tingginya tsunami itu bisa mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur.

Hasil risetnya menggunakan data gempa dari katalog BMKG dan katalog International Seismologocal Center (ISC) periode April 2009 hingga November 2018.

Baca Juga: Meteri PKKMB Disoroti Publik, Civitas Akademika UI Tegas Dukung Pendidikan Antikekerasan Seksual

Terlebih memang ada zona memanjang di antara pantai selatan Pulau Jawa yang memiliki sedikit aktivitas kegempaan.

Artikel ini telah tayang di Pikiranrakyat-depok.com dengan judul 'Berpotensi Tsunami Akibat Seismic Gap Pecah, Warga di Dekat Pantai Selatan Jawa Diimbau Waspada'.

Data GPS yang berasal dari 37 stasiun yang dipasang di Jawa Timur dan Jawa Tengah selama enam tahun terakhir juga dimanfaatkan para peneliti dalam penelitian ini.

Hasil pengolahan data yang digunakan sebagai model simulasi numerik tinggi tsunami di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa, apabila terjadi gempa besar.

Baca Juga: Soal Video Pakta Integritas, Civitas Akademika UI Desak Rektor Bawa Anggota DPR PKS ke Meja Hijau

Peneliti bisa mengetahui kesimpulannya, area tersebut dapat berpotensi menjadi sumber gempa di masa mendatang, jika deformasi GPS yang diamati lebih kecil daripada laju gerak lempeng (defisit slip).

"Karena itu kami mengidentifikasinya sebagai seismic gap," ujar Widiyantoro.

Widiyantoro menjelaskan, pendekatan dan asumsi yang digunakan dalam studi ini serupa dengan yang digunakan untuk penelitian Palung Nankai di Jepang.

Baca Juga: Link Live Streaming Manchester United VS Crystal Palace, Siapa Takluk?

Asumsi tersebut digunakan untuk melihat area laju gerak lempeng yang tinggi tersebut berpotensi pecah secara bersamaan atau terpisah saat terjadi gempa.

Luas zona defisit slip di selatan Jawa Barat setara gempa bumi dengan magnitudo 8.9, juga dengan asumsi periode ulang gempa 400 tahun sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya.

Sedangkan zona dengan defisit slip tinggi di bagian timur setara dengan gempa bermagnitudo 8.8 untuk periode ulang yang sama.

Baca Juga: Rektor IPB Positif Covid-19, Wali Kota Bogor Bima Arya: Pak Rektor dan IPB yang Hebat, Semangat Pak!

"Sedangkan jika kedua zona defisit slip tersebut pecah dalam satu kejadian gempa, maka akan dihasilkan gempa dengan kekuatan sebesar Mw 9.1," ucap Widiyantoro.

Terdapat tiga model skenario yang digunakan tim peneliti demi membuktikan adanya potensi bahaya tsunami yang diperkirakan dapat terjadi di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa.

Pemodelan tersebut yaitu pada segmen Jawa bagian barat, segmen Jawa bagian timur, dan segmen gabungan dari Jawa bagian barat dan timur.

Baca Juga: Viral Pemerasan dan Pelecehan Seksual di Bandara Soetta, Angkasa Pura Tegas Bawa Oknum ke Meja Hijau

Hasil permodelan menunjukkan, potensi tsunami yang sangat besar dengan ketinggian maksimum 20.2 meter di dekat pulau-pulau kecil sebelah selatan Banten dan 11.7 meter di Jawa Timur.

"Tinggi tsunami bisa lebih tinggi daripada yang dimodelkan jika terjadi longsoran di dasar laut seperti yang terjadi ketika Gempa Palu dengan magnitudo 7.5 pada tahun 2018," tulis hasil riset itu.

Widiyantoro mengatakan, kajian multidisiplin ini yang mencakup analisis data seismik dan geodetik serta pemodelan tinggi tsunami secara jelas.

Baca Juga: Elvy Sukaesih Positif Covid-19, Ratu Dangdut Alami Pengentalan Darah, Keluarga sangat Terpukul

Maka dengan begitu dapat diketahui, adanya seismic gap di lepas pantai selatan Jawa yang dapat menjadi sumber gempa besar pada masa mendatang, dengan tsunami yang juga sangat destruktif.

Menurut Widiyantoro, hasil riset ini memberikan peringatan besar bagi stekholder dan masyarakat agar menambah instrumen sistem peringatan dini tsunami yang relatif masih jarang untuk area di selatan Pulau Jawa, dan juga untuk melindungi penduduk yang tinggal di wilayah pesisir.***(Wulandari Noor/PR Depok)

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x