Jelang Hari Pahlawan, Hidayat Nur Wahid: Pidato Bung Tomo yang Berapi-Api Taati Fatwa Pendiri NU

- 9 November 2020, 18:30 WIB
ILUSTRASI Bung Tomo./ IKPNI
ILUSTRASI Bung Tomo./ IKPNI /

PR BOGOR – Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November. Menandai hari dimana terjadinya pertempuran hebat di Surabaya yang menewaskan para pejuang Indonesia.

Dalam pertempuran tersebut setidaknya menewaskan 6.000 hingga 16.000 pahlawan Indonesia.

Salah satu pahlawan yang paling terkenal adalah Sutomo (Bung Tomo). Bung Tomo terkenal dengan semangat perjuangannya yang berapi-api.

Baca Juga: Partai Masyumi Ajak Habib Rizieq Gabung, Pengamat: Bukan Suatu Ancaman

Baca Juga: Jokowi Beberkan Alasan Selalu Bagi-Bagi Sertifikat Tanah Ketika Mengunjungi ke Daerah

Baca Juga: Polisi Kantongi 8 Akun Penyebar Video Syur Diduga Mirip Gisella Anastasia

Ia menjadi salah satu pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya untuk melawan penjajah.

Dikenal dengan pidatonya yang menggebu-gebu, siapa sangka bahwa Bung Tomo nyatanya pernah meminta nasihat pada KH Hasyim Asy’ari.

Anggota Fraksi PKS DPR RI, Hidayat Nur Wahid menyebut bahwa pidato Bung Tomo yang berapi-api bukan hanya meminta nasihat dari KH Hasyim Asy’ari, tapi juga menaati fatwanya.

Baca Juga: Kumpulan Puisi untuk Memperingati Hari Pahlawan 10 November 2020, Sederhana dan Penuh Makna

Baca Juga: Terkait Viralnya Video Syur Mirip Gisel, Polisi Periksa Pengacara Ini Sebagai Saksi

Baca Juga: 25 Ucapan Hari Pahlawan 10 November 2020, Cocok Untuk Status WA atau Instagram

“Bahwa pidato ber-api2 & mensejarah Bung Tomo di mulai dengan : “Bismillahirrahmanirrahim”. Dan ditutup dengan : “Allahu Akbar!Allahu Akbar!Allahu Akbar! Merdeka! Membuktikan bhw Bung Tomo tidak hanya minta nasihat tapi jg menaati fatwa KH Hasyim Asyari, pencetus Resolusi Jihad,” tulis Hidayat Nur Wahid melalui akun twitternya, Senin, 9 November 2020.

Melansir dari nu.or.id, Bung Tomo sejatinya tak pernah jadi santri tapi diketahui meminta nasihat dahulu kepada KH Hasyim Asy’ari sebelum menggelorakan pertempuran 10 November.

Kisahnya tersebut tertulis dalam Buku NU berjudul “Tradisi, Relasi-relasi Kuasa dan Pencarian Wacana” karangan Prof. Martin van Bruinessen.

Baca Juga: AS Berganti Kekuasaan dari Donald Trump ke Joe Biden, Ada Harapan Israel di Bidang Keamanan

Baca Juga: Dylan Sada Meninggal Dunia, Berikut 5 Fakta dari Model Internasional Asal Indonesia Ini

Baca Juga: Kabar Duka, Model Cantik Dylan Sada Meninggal Dunia, Sang Adik: Mohon Dibukakan Pintu Maaf

Untuk diketahui, KH Hasyim Asy’ari merupakan salah seorang pahlawan nasional Indonesia yang juga pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, pertempuran 10 November merupakan hari penundaan dari jadwal semula yang direncanakan Bung Tomo.

Bung Tomo sebetulnya berniat melakukan penggempuran pertahanan sekutu dan NICA pada 9 November 2020.

Akan tetapi, Kiai Hasyim Asy’ari meminta agar penyerangan tersebut ditunda. Alasannya karena Kiai Abbas Abdul Jamil dari Cirebon, Jawa Barat belum sampai ke Surabaya.

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tidak terlepas dari Resolusi Jihad, perintah perang yang dikeluarkan oleh Kiai Hasyim Asy’ari.

Resolusi jihad disampaikan di depan Presiden Soekarno di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, beberapa hari sebelum perang.***

Editor: Aldi Sultan

Sumber: Twitter Hidayat Nur Wahid


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah