Sinopsis Film G30S PKI Sejarah Kelam Indonesia, Mahmud MD: Saya Selalu Menonton Film Itu

- 29 September 2020, 17:33 WIB
Salah satu diorama yang menggambarkan kekejaman G30S PKI.
Salah satu diorama yang menggambarkan kekejaman G30S PKI. /Istimewa

 

PR BOGOR - G30S PKI adalah film yang menceritakan sejarah kelam Indonesia, pemutaran film tersebut menjadi budaya di setiap tahunnya. Namun, saat ini banyak sekali perdebatan mengenai film tersebut.

Menjelang peringatan G30S PKI publik menyinggung soal pemutaran film tersebut, apakah diperbolehkan atau tidak mengingat banyak perdebatan di dalamnya.

Menanggapi hal ini, Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM dan Keamanan, Mahfud MD kemudian merespon pernyataan-pernyataan itu.

Baca Juga: Lengkap Begini Cerita Deklarator KAMI Gatot Nurmantyo Diusir Polisi, Dicaci Maki Pendemo di Surabaya

Mahfud MD mengaku sering menonton film tersebut. Namun, ditekankan, publik tidak perlu mengetahui atau meyakinkan ikhwal sejarah PKI.

"Ada yang nanya, apa penting film G30S PKI disiarkan? Saya jawab, saya selalu nonton film tersebut tetapi bukan ingin tahu atau meyakinkan tentang sejarah PKI," tulis Mahfud dalam akun Twitter pribadinya @mohmahfudmd.

Disamping itu, masih banyak yang belum mengetahui isi dan bahkan belum menonton film tersebut.

Baca Juga: Ditanya Kapan Hadiri Undangan Najwa Shihab, Menkes Terawan Pastikan Hadir: Tunggu Tanggal Mainnya

Dilansir Pikiranrakyat-bogor.com dari RRI, inilah sinopsis film G30S PKI.

Film G30S PKI sendiri mengisahkan peristiwa kudeta seputar 30 September 1965 yang dilakukan oleh Kolonel Untung, Komandan Batalyon Cakrabirawa.

Film ini berlatar belakang peristiwa, rencana kudeta, serta penculikan para jenderal. Dalam peristiwa G30S PKI, 7 jenderal terbunuh, salah satunya adalah Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.

Baca Juga: Sinopsis Standoff Tayang di Bioskop Trans TV, Veteran yang Melindungi Gadis dari Kejaran Pembunuh

30 September 1965, sekelompok tentara mengepung sebuah rumah di Jalan Hasanuddin 53, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Mereka mengepung dengan membawa senjata laras panjang. Sang pemilik rumah, seorang perwira TNI Angkatan Darat yang saat itu sedang berada di sebuah kamar di lantai 2 terlihat biasa saja.

Dengan mengenakan seragam militer lengkap, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan berkaca ke sebuah cermin di lemari besar.

Baca Juga: Lift di Gedung Nusantara I Kompleks DPR RI Terbakar, Asap Sempat Mengepul di Sana

Beberapa kali ia merapikan seragamnya agar tidak terlihat kusut. Tentara sudah mulai masuk dan menguasai lantai satu rumah. Tembakan pun dilepaskan.

Beberapa perabot rumah jadi sasaran tembakan. Istri dan anak DI Pandjaitan yang juga berada di lantai 2 semakin ketakutan.

Seorang asisten rumah tangga melaporkan bahwa 2 keponakan DI Pandjaitan berada di lantai satu, yaitu Albert dan Viktor terkena tembakan. Namun DI Pandjaitan tetap tenang.

Baca Juga: Pengendara Motor Tertabrak KRL di Depok Usai Lawan Arus, Korban Terpental 10 Meter hingga Meninggal

Pandjaitan kemudian turun ke lantai 1 yang dikuasai oleh para tentara dengan langkah perlahan. Pasukan tentara yang mengepung rumah Pandjaitan disebut berasal dari satuan Cakrabirawa, pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno.

Saat sudah berada di hadapan para tentara, Pandjaitan diminta untuk segera naik ke truk yang akan mengantarkannya ke Istana.

Mereka mengatakan bahwa Jenderal berbintang satu itu dipanggil oleh Presiden Soekarno karena kondisi darurat.

Baca Juga: Harga Tes Swab Covid-19 Dibanderol Rp439.000 Bagi Kontraktual dan Rp797.000 untuk Mandiri

Sebelum itu Pandjaitan menyempatkan diri untuk berdoa yang menyebabkan para tentara semakin marah.

Seorang tentara memukulkan popor senjata, tapi oleh Pandjaitan ditepis sebelum menghantam wajahnya. Tentara yang lain marah.

Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat itu ditembak. DI Pandjaitan pun tewas.

Baca Juga: Sambut Hari Gajian, Merchant Baru ShopeePay Pekan ini Penuh dengan Fesyen dan Makanan Lezat

Jenazah Pandjaitan kemudian dimasukkan dalam truk dan dibawa pergi. Darah dari pria kelahiran Balige, Sumatera Utara itu berceceran di teras rumah.

Penembakan itu disaksikan oleh putri sulungnya, Catherine. Setelah gerombolan tentara pergi, ia mendatangi tempat ayahnya ditembak.

Catherine memegang darah ayahnya dengan penuh haru dan mengusapkannya ke wajah. Itulah salah satu adegan dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI. Bagian kedua film mengisahkan tentang penumpasan pemberontakan.***

Editor: Amir Faisol


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah