Jumlah Kasus COVID-19 Terus Meningkat, Dosen ITB Kembangkan Ruang Isolasi Pribadi

- 7 Mei 2020, 18:40 WIB
PROTOTIPE ruang isolasi mandiri.*
PROTOTIPE ruang isolasi mandiri.* /DOK HUMAS ITB/

PIKIRAN RAKYAT BOGOR - Jumlah kasus positif virus corona khususnya di Indonesia setiap harinya selalu mengalami penambahan yang cukup signifikan.

Hal tersebut menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas ruang isolasi. Yang menjadi persoalan adalah tidak semua rumah sakit rujukan COVID-19 yang ditunjuk pemerintah memiliki ruang isolasi.

Hal tersebut menjadi dasar V. Sri Harjati Suhardi, dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Prodi Mikrobiologi ITB untuk mengembangkan ruang isolasi individu bagi pasien COVID-19.

Baca Juga: Lockdown Tak Efektif, 66 Persen Pasien Corona di New York Akui Tak Keluar Rumah

Tak hanya dia sendiri, pengembangan ruang isolasi individu tersebut juga dikerjakan bersama alumni Yayasan Loedroek ITB.

Didanai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB, pembuatan ruang isolasi individu sudah berjalan enam pekan sejak pekan kedua Maret 2020.

Namun, Reni mengungkapkan belum dapat mengestimasikan dana yang bakal habis untuk membuat satu unit ruang isolasi individu.

Baca Juga: Peneliti Tiongkok Dibunuh Karena Hampir Temukan Fakta Baru COVID-19, Simak Penjelasannya

Nantinya, ruang isolasi individu tersebut dirancang memiliki tekanan negatif. Sehingga tekanan udara dalam ruang isolasi lebih rendah daripada tekanan udara di luar ruang isolasi.

Sehingga, jika terdapat partikel padat atau cair di udara (aerosol) dari pasien, udara yang ada dalam ruang isolasi akan keluar ruangan melewati HEPA Filter. Dengan demikian, tidak akan menginfeksi orang lain.

Renni dan timnya berencana membuat ruang isolasi yang memiliki ukuran 5 meter x 3 meter dan terdiri atas ruang utama (3 meter x 3 meter) dan ruang antara (2 meter x 2 meter).

Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.com dengan judul "Dosen ITB Kembangkan Ruang Isolasi Pribadi untuk Pasien COVID-19"

Ruang utama nantinya akan menjadi ruang isolasi bagi pasien COVID-19 pada tahap PDP (pasien dalam pengawasan).

“Sementara ruang antara merupakan ruang yang diperuntukkan bagi petugas medis. Ide awal pembuatan ruang ini memang diperuntukkan bagi rumah sakit dan fasilitas kesehatan,” kata Renni melalui siaran pers yang diterima "PR", Kamis 7  Mei 2020.

Reni menegaskan ruang isolasi individu tersebut tidak membahayakan pasien maupun petugas medis karena memiliki sistem desinfeksi menggunakan ozon.

Baca Juga: Keberadaan Ferdian Paleka Terlacak di Bogor, Polisi: Orang Tua Berusaha Kelabui Petugas

Sebelum ruangan dimasuki, ruang juga disterilisasi terlebih dahulu. Modul ini dapat digunakan hingga jangka waktu satu tahun dengan perawatan ruang menjadi tanggung jawab rumah sakit sesuai dengan manajemen APD (alat pelindung diri).

"Ruang isolasi individu ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi pasien yang harus diisolasi namun tidak dapat ditampung di rumah sakit darurat," kata Renni.

Lebih lanjut Renni mengungkapkan ruang isolasi itu juga dapat dibuat di rumah dan ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tidak harus selalu 5 meter x 3 meter. Apabila dibuat di rumah, keberadaan ruang antara ditiadakan, tetapi sistem desinfeksi akan dimodifikasi.

Baca Juga: Dinyatakan Positif COVID-19, 'Profesor Lockdown' Langgar Aturannya Sendiri

"Anggota keluarga lain bakal tetap aman dan tidak terinfeksi apabila ruang isolasi yang dimodifikasi dibuat sesuai prototipe," tutur Renni.

Renni bersama timnya kini sedang mengembangkan prototipe yang lebih lebih kecil dan lebih sederhana. Sehingga selain di rumah, ruang isolasi individu ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa yang kos.

Jika kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi di kos maka pasien lebih baik melakukan isolasi di ruang isolasi milik rumah sakit.

Baca Juga: Bersitegang dengan AS, Kapal Perang Tiongkok Disiagakan di Laut Tiongkok Selatan

Seraya mengakhiri, Renni menyebut ruang isolasi tersebut dipergunakan untuk mencegah keadaan pasien bertambah parah terutama apabila daya tahan tubuh pasien sedang tidak dalam kondisi baik. Sehingga, pasien tidak terinfeksi mikroba lain misalnya virus penyebab influenza atau demam berdarah.***

Editor: Miftah Hadi Sopyan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x