Gaungkan Soal Kesetaraan Gender, Nadiem Makarim Dorong Peran Aktif Guru dalam Pendidikan

- 18 Maret 2021, 09:43 WIB
Mendikbud RI, Nadiem Makarim gaungkan kesetaraan gender dan mendorong guru untuk berperan aktif dalam hal pendidikan.
Mendikbud RI, Nadiem Makarim gaungkan kesetaraan gender dan mendorong guru untuk berperan aktif dalam hal pendidikan. /ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

PR BOGOR - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Publicis Communications Singapore menggelar Webinar bertajuk “The Power of Unreasonable Women”.

Acara tersebut digelar dalam rangka menyambut Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret 2021 lalu. Materi yang dibahasa salah satunya soal kesetaraan gender.

Dilansir PRBogor.com melalui laman Kemendikbud, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim mendorong adanya peran aktif guru perempuan dalam menggaungkan kesetaraan gender.

Pasalnya, kesetaraan gender di Indonesia harus benar-benar mendapat perhatian dari berbagai pihak.

Baca Juga: PPKM Mikro Diklaim Berjalan Efektif, 1.156 RT di Jawa Barat Masuk Zona Hijau

“Guru merupakan salah satu elemen yang turut memiliki peranan penting dalam menggaungkan kesetaraan gender,” ujar Nadiem Makarim.

“Banyaknya guru perempuan yang ada pada institusi pendidikan, sehingga keberadaan mereka yang kuat dan berani dinilai sebagi cara yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri para peserta didik perempuan,” tambahnya.

Menurutnya Nadiem, tugas pemerintah bukan sekadar menyelesaikan penyusunan bahan ajar tentang kesetaraan gender.

Namun, harus ada perubahan budaya dalam sistem pendidikan dengan menjadikan guru sebagai sosok teladan (role model).

Baca Juga: Jelang Olimpiade Tokyo, 9 Tim Atletik Inggris Malah Terkonfirmasi Positif Covid-19

“Ketika seorang anak memiliki sosok guru perempuan yang kuat maka secara tidak langsung hal itu dapat meningkatkan kepercayaan dirinya,” ujarnya.

“Oleh karena itu, kita tidak bisa membuat buku tentang kesetaraan gender, yang diperlukan adalah role model,” jelasnya.

Mendikbud menambahkan bahwa kurikulum kesetaraan gender hanya merupakan salah satu elemen dalam transformasi pendidikan.

“Pastinya, masih ada elemen-elemen lain yang juga penting, misalnya tentang pengembangan mentor itu sendiri, yaitu guru dan juga kepala sekolah,” ujar Nadiem Makarim.

Baca Juga: Jadi Garda Terdepan, RS Unair Beri Jaminan Kerja bagi Perawat Mulai dari Kesehatan hingga Keselamatan

Pemerintah berharap untuk mempunyai pekerja yang kreatif dan berpikir di “luar kotak”.

Hal ini akan sulit didapatkan apabila pembimbingnya juga tidak melakukan hal tersebut.

Karena itu, Mendikbud menggarisbawahi nilai keteladanan yang menjadi penentu efektivitas perubahan.

“Ini semuanya tentang bagaimana orang dewasa di ruangan tersebut menunjukkan apa batasan-batasan dari imajinasi yang dimiliki oleh perempuan,” katanya.

Sesuai dengan tema webinar ini, Mendikbud berharap anak-anaknya menjadi perempuan sesuai dengan tema yang diangkat.

“Saya suka judul seminar ini dan saya rasa kita perlu mengubah pandangan dunia tentang kesetaraan dan saya benar-benar berharap bahwa anak-anak perempuan saya bisa menjadi unreasonable women,” ujarnya.

Baca Juga: Pandemi Belum Berakhir, Temuan Varian Baru Covid-19 Menjadi Kekhawatiran Baru, Apakah Boleh Mudik?

Banyaknya perempuan yang dilabali perempuan tidak masuk akal (unreasonable), membuat dirinya beranggapan tidak memiliki kapasitas.

Padahal untuk sebagian laki-laki, kepemimpinan perempuan menunjukkan sebuah kekuatan.

“Jadi ini adalah diafragma yang berbeda dan juga dalam hal profesional di seluruh dunia, keadaan ini memang sedang berubah, dan menurut saya kita harus mengubahnya dengan lebih cepat,” tekan Mendikbud.

Sementara itu, CEO Publicis Communications Singapore, Lou DeLa Pena menjelaskan tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi saat ini.

“Pada generasi saya dan generasi sebelumnya ketika mereka bercerita tentang ambisi perempuan, maka itu dilihat sebagai sesuatu yang negatif dan agresif,” ujar Lou.

Baca Juga: Kasus Perundungan Marak Terjadi, Ayah-Ibu Yuk Kenali Apa Itu Bullying dan Dampaknya Terhadap Anak

Lou mengatakan sampai hari ini masih banyak perempuan yang memilih untuk diam karena mereka tidak nyaman untuk membicarakan ambisi dan pencapaian yang mereka punya.

Berdasarkan data dari Asian Economic Forum, Lou menambahkan bahwa butuh waktu 100 tahun untuk menutup jarak (gap) antar kesetaraan gender di Asia Pasifik.***

Editor: Bayu Nurullah

Sumber: Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah