Bupati Bogor Ade Yasin menyebut, wanita-wanita pelaku kawin kontrak tersebut bukan berasal dari Cisarua melainkan dari Cianjur, Sukabumi dan daerah lain.
Artikel ini telah tayang di Isubogor.com dengan judul 'Bupati Ade Yasin Pastikan Aktivitas Kawin Kontrak di Kampung Arab Puncak Bukan Perempuan Asal Bogor'.
"Kami kerap melakukan razia bersama Timpora (pemda, aparat dan Imiigrasi). Yang ditemukan saat ini, pelaku tuna susila berdomisili di Cianjur, Sukabumi, bahkan Jakarta dan luar Jawa Barat," kata Ade Yasin.
Baca Juga: Ngotot Maju Pilpres 2024, Prabowo Subianto Jadi Ketum Partai Gerindra 2020-2025 Sudah Pasti Aklamasi
Berkenaan dengan para pencari suaka dan pengunjung saat ini jumlahnya terus bertambah. Pada 2018 terdata 1.672 orang, lalu melonjak pada 2020 menjadi 2.245 orang yang sebagian besar berasal dari Afganistan, Irak dan Pakistan.
"Kami selaku pemerintah di daerah mempertanyakan bagaimana pengendalian terhadap para pencari suaka yang dengan mudah masuk Indonesia dan jumlahnya terus bertambah setiap tahunnya," jelas Ade Yasin dalam siaran persnya sebagaimana diberitakan di Isu Bogor, Sabtu 8 Agustus 2020.
Kata Ade Yasin, pengawasan terhadap imigran pada awalnya ditampung terpusat, namun saat ini dengan bermodal uang jaminan yang diberikan lembaga internasional, para imigran secara mandiri mengontrak rumah sehingga sulit dalam aspek pendataan dan pengawasan.
Baca Juga: Dilakukan di 2 TKP, Ratusan Tabung Gas di Tangerang Dioploas, Akhirnya Polri Meringkus 5 Pelaku
Terlebih ada gap secara budaya, komunikasi dengan imigran silit dalam faktor bahasa
"Pemda telah memberikan opsi kepada Internasional organisasi of immigration (IMO) terkait pemusatan imigran tidak lagi di Puncak melainkan di Parungpanjang, Kabupaten Bogor," kata dia.