"Kondisi tidak sehat terkait dengan perdagangan daging kucing dan anjing, ditambah dengan risiko kontaminasi memiliki begitu banyak spesies hewan yang berbeda dikurung dan dibunuh satu sama lain, menghadirkan tempat berkembang biak yang sempurna untuk penyakit baru dan mematikan, seperti COVID-19," kata Kathrine dikutip Pikiran-Rakyat.com.
Phnom Penh, ibu kota dari Kamboja telah memiliki 110 restoran yang menyajikan daging anjing dan telah dikaitkan dengan kasus kolera, trichinella, serta rabies.
Sumber artikel dari Pikiran-Rakyat.Com dengan judul "Disarankan Dokter Jadi Obat COVID-19, Daging Kucing dan Anjing Marak Dijual di Vietnam"
Salah satu penjual mengatakan bahwa di komunitasnya, mereka meyakini bahwa mengkonsumsi daging anjing dapat mencegah pilek dan penyakit karena virus.
Kemudian, ia mengatakan dokter telah mendorong orang-orang untuk mengkonsumsi daging tersebut karena dianggap aman dan alami tanpa bahan kimia.
Meskipun Vietnam memiliki tradisi makan daging anjing, pendiri badan amal Sound of Animals, Micheal Chour, mengatakan bahwa kenaikan baru-baru ini juga disebabkan oleh pengaruh Tiongkok.
Baca Juga: Darurat COVID-19, Penerapan PSBB Bandung Dibagi dalam 3 Wilayah Ring
"Ada peningkatan besar dalam jumlah pekerja Tiongkok yang datang ke negara itu dan mereka telah membeli banyak praktik mereka bersama mereka," ujarnya
Banyak orang-orang Tiongkok yang memperkenalkan praktik-praktik yang menyiksa seperti mengkonsumsi daging hewan eksotis.
Vietnam sendiri sudah memiliki setidaknya 268 total kasus virus corona, sedangkan Kamboja sebanyak 122 pasien positif.