PR BOGOR – Kelompok ISIS mengaku akan bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri yang terjadi di Bandara Kabul.
Pasalnya, ledakan bom tersebut telah menewaskan 13 tentara Amerika Serikat dan puluhan warga sipil Afganistan.
Ledakan bom bunuh diri ini terjadi pada Kamis, 26 Agustus 2021 waktu setempat saat tentara Amerika Serika tengah membantu evakuasi warga Afganistan yang takut dengan penguasaan Taliban.
Di sisi lain, kebijakan Presiden AS Joe Biden yang ikut membantu upaya evakuasi warga Afganistan paska penguasaan pemerintahan oleh Taliban, mendapat kritikan tajam.
Kritikan ini dilontarkan mengingat upaya evakuasi dilakukan ditengah penarikan mundur pasukan AS dari Afganistan.
Biden beralasan, penarikan mundur pasukan AS itu karena ia tidak ingin kematian di kalangan tentara dari negara tersebut bertambah.
Baca Juga: B.I Dituntut Hukuman 3 Tahun Penjara Terikat Kasus Narkoba, Begini Pernyataan Eks Member iKON
“Jika pasukan tinggal lebih lama di sana, maka kami mengirim putra kalian, putri kalian, seperti putra saya dikirim ke Irak, untuk menghadapi kematian. Dan untuk apa? Untuk apa?," tegas Joe Biden.
Dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari Reuters menyebutkan bahwa tentara Amerika Serikat dalam serangan bom bunuh diri tersebut merupakan yang pertama di Afghanistan sejak Februari 2020.
Kemudian, para kritikus menyalahkan insiden itu pada proses evakuasi AS yang tergesa-gesa hingga memicu kemungkinan sekitar 1.000 warga Amerika tak bisa meninggalkan Afghanistan.
"Ini adalah mimpi buruk yang kami takutkan, dan itulah kenapa selama berminggu-minggu, militer, intelijen, dan para pemimpin kongres dari kedua partai memohon kepada presiden untuk melawan Taliban dan memperluas perimeter bandara," kata Senator Ben Sasse dari Partai Republik.
Selain tentara AS, ledakan bom bunuh diri ini juga dilaporkan menewaskan 60 warga Afganistan yang saat itu berada di kawasan bandara.***