PR BOGOR – Otoritas China mengambil tindakan tegas bagi penggemar grup idol asal Korea Selatan, BTS.
Melalui media sosial China, Weibo, mereka membekukan akun penggemar atau fandom BTS selama 60 hari.
Pembekuan ini dilakukan setelah akun fandom tersebut diketahui telah melakukan penggalangan dan secara ilegal.
Kasus ini terungkap setelah Weibo mendapati sebuah foto pesawat khusus Jeju Air bergambar salah satu personel BTS, Jimin beredar di internet pekan lalu.
Setelah ditelusuri, pesawat tersebut ternyata disiapkan para fandom untu merayakan ulang tahun Jimin ke-26, Oktober mendatang.
Apa yang dilakukan fandom BTS di China ini pun mendapat reaksi. Tidak sedikit dari warganet di negara tersebut menyebut jika mereka belebihan.
Weibo pun selanjutnya mendesak agar penggemar agar menjadi “rasional” ketika mengidolakan selebriti untuk “lingkungan internet yang harmonis dan sehat”.
“Weibo dengan tegas menentang perilaku mengidolakan bintang yang tidak rasional dan akan menanganinya dengan serius,” kata Weibo dalam sebuah pernyataan seperti dikutip PikiranRakyat-Bogor.com dari Associated Press, Selasa 7 September 2021.
Sementara, dilaporkan Global Times, fandom BTS diketahui mulai menggalang dana sejak April untuk mempersiapkan ulang tahun Jimin.
Baca Juga: Sony Rilis Jadwal Terbaru untuk Penayangan Venom: Let There Be Carnage, Catat Tanggalnya
Dari penggalangan dana ini penggemar diketahui mendapat lebih dari 1 juta yuan atau sekitar Rp2,2 miliar.
Dana ini terus meningkat dalam tiga menit pertama menjadi 2,3 juta yuan atau sekitar Rp5 miliar pada jam pertama.
Klub penggemar BTS juga dikabarkan berencana memasang iklan di surat kabar seperti The New York Times untuk merayakan ulang tahun Jimin.
Pembatasan yang diberlakukan pada akun penggemar yang memiliki lebih dari 1,1 juta pengikut di Weibo itu terjadi di tengah kampanye pemerintah China untuk membersihkan industri hiburan dan mendesak “perilaku irasional” yang ditunjukkan oleh penggemar.
Presiden China Xi Jinping telah menyerukan “peremajaan nasional” dengan kontrol yang lebih ketat terhadap bisnis, pendidikan, budaya, dan agama, termasuk mengurangi akses anak-anak bermain game online.
Pekan lalu, pemerintah juga melarang laki-laki berpenampilan feminin tampil di televisi dan melarang acara pengembangan idola karena dianggap memiliki "nilai moral rendah" yang bisa menjadi pengaruh buruk bagi kaum muda.***