PR BOGOR - Sejak pertama kali wabah virus corona atau Covid-19 muncul di Indonesia, pemerintah hingga kini terus berupaya menangani penyebaran virus corona atau Covid-19 sekaligus membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi ini.
Salah satu yang kini tengah dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus semakin luas yakni pemberian vaksin Covid-19.
Terkait pemberian vaksin Covid-19, belum lama ini beredar di platform media sosial Twitter yang mengklaim bahwa virus akan kembali hidup jika disuntikkan vaksin Sinovac.
Baca Juga: Mengingat Kesan Jokowi saat Terima Vaksin Covid-19 Pertama Kali: '2 Jam Pegal-pegal'
Klaim tersebut diunggah oleh salah satu pemilik akun Twitter dan tersebar luas.
Namun setelah ditelusuri, kabar tersebut ternyata merupakan informasi hoaks.
Dikutip PRBogor.com dari Antara pada Rabu, 27 Januari 2021 terdapat beberapa keterangan untuk meluruskan informasi hoaks tersebut.
Sebelumnnya unggahan tersebut muncul sebagai balasan atas unggahan warganet lain yang juga berprofesi sebagai dokter.
Baca Juga: Donna Agnesia 'Terpilih' Jadi Pasien Covid-19, Begini Aktivitas Harian Istri Darius Sinathrya
Dokter tersebut mengaku merasakan gejala seperti Covid-19 selang dua hari setelah mendapatkan suntikan vaksin.
"Virus itu bisa jadi mahluk hidup dan benda mati berbentuk kristal yg sewaktu-waktu bisa hidup lagi," demikian narasi balasan yang disampaikan warganet lain di Twitter.
Di antarannya vaksin dari sumber virus (inaktif atau dimatikan dan dilemahkan), vaksin asam nukleat (termasuk RNA atau DNA), berbasis protein (subunit dan partikel mirip virus), dan viral vektor (replikasi dan nonreplikasi).
Baca Juga: HARI INI! Presiden Jokowi Terima Suntik Vaksin Covid-19 ke-2 di Istana Merdeka
Terkait tipe vaksin yang berasal dari sumber virus, vaksin dari virus inaktif atau mati berisi virus yang materi genetiknya sudah dihancurkan dengan panas, kimiawi, atau radiasi, sehingga virus itu tidak dapat menginfeksi sel dan mereplikasi diri.
Kendati demikian, virus inaktif masih dapat memicu sebuah respon kekebalan tubuh.
Sementara itu, untuk virus yang dilemahkan (live attenuated), vaksin dari virus inaktif lebih aman dan stabil.
Tipe vaksin dari virus inaktif itu hanya dapat menstimulasi respon yang dimediasi oleh antibodi.
Namun Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC) Gao Fu, mengatakan bahwa Tiongkok kini memilih metode pengembangan vaksin dengan tipe inaktif.
Karena vaksin inaktif dikembangkan dengan cara membunuh partikel virus agar terbentuk sistem kekebalan tubuh tanpa ada respons yang serius.
Berdasarkan semua keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa virus inaktif di vaksin Sinovac tidak dapat hidup kembali atau bahkan mereplikasi diri.***