Selamat Hari Ibu, Berikut Sejarah Hari Ibu yang Diperingati Setiap 22 Desember, Ada Tokoh Penting!

21 Desember 2020, 12:20 WIB
Ilustrasi ibu bermain dengan anak: Sejarah peringatan Hari Ibu. /PIXABAY

PR BOGOR - Secara nasional setiap tanggal 22 Desember diperingkatkan sebagai Hari Ibu Nasional.

Setiap tahun juga banyak yang memperingkatkan Hari Ibu, tetapi tak jarang juga yang mempengetahui sejarah hari ibu tak mengetahui dari mana hari ibu mulai ada.

Dikutip PRBogor.com dari Kemdikbud LPMP Riau, berikut sejarah tentang Hari Ibu yang wajib Anda ketahui.

Baca Juga: Satgas Covid-19: Setiap Orang yang Datang ke Indonesia Wajib Bawa Hasil Tes PCR Negatif

Bermula pada tanggal 22 sampai dengan 25 Desember 1928 yang bertempat di Kota Yogyakarta, ada banyak pejuang wanita Indonesia yang berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera.

Yang mana wanita-wanita hebat tersebut berkumpul bersama untuk mengadakan sebuah Konggres Perempuan Indonesia yang pertama (I).

Konggres Perempuan Indonesia yang pertama itu pertama kali diadakan langsung di sebuah gedung yang bernama Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto, Yogyakarta.

Baca Juga: Viral Vaksin Sinovac Paling Lemah Versi WHO, BPOM Ungkap Fakta Sebenarnya

Gedung Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto itulah menjadi saksi bersama tentang sejarah berkumpulnya sebanyak 30 organisasi perempuan Indonesia dari sebanyak 12 kota di Pulau Jawa dan Sumatera yang kemudian merekalah melahirkan terbentuknya sebuah Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai nama Kongres Wanita Indonesia atau Kowani.

Jika kita melihat kembali tentang sejarah, sebenarnya sudah sejak tahun 1912 sudah terbentuk organisasi perempuan.

Yang mana para pejuang-pejuang wanita pada abad ke 19 tersebut, ada tokoh M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lainny yang secara tidak langsung telah merintis organisasi perempuan melalui gerakan-gerakan perjuangan.

Baca Juga: Viral Video Perawat di Amerika Serikat Pingsan Usai Vaksinasi Covid-19, Benarkah?

Kemudian para tokoh-tokoh tersebut lah yang menjadi latar belakang dan juga tonggak sejarah perjuangan kaum perempuan di Indonesia, serta adanya tokoh-tokoh tersebut dapat memotivasi para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara.

Yang pada saat itu para perempuan dari berbagai Pulau Jawa dan Sumatera berkumpul bersama untuk dapat menyatukan berbagai pikiran serta semangat berjuang untuk dapat menuju kemerdekaan serta perbaikan nasib bagi kaum perempuan itu sendiri.

Dalam Kongres Perempuan Indonesia I yang menjadi agenda utama untuk dibahas, yakni mengenai persatuan perempuan Nusantara; peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan; peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita; pernikahan usia dini bagi perempuan, serta berbagai bahasan laiinya.

Baca Juga: Masih Misteri Penyebab Api Mengamuk di Mako Brimob Depok

Selanjutnya dalam Kongres Perempuan Indonesia I tersebut, banyak sekali hal besar yang diagendakan bersama, tetapi tanpa mengangkat adanya masalah kesetaraan gender, kemudian para pejuang perempuan itu menuangkan pemikiran kritis dan upaya-upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa Indonesia khususnya kaum perempuan.

Kemudian bulan Juli 1935 dilaksanakan kembali untuk Kongres Perempuan Indonesia II, dalam konggres ini juga dibentuk sebuah badan yang bernama BPBH (Badan Pemberantasan Buta Huruf), serta dibahas juga tentang menentang perlakuan tidak wajar atas buruh wanita perusahaan batik di Lasem, Rembang.

Selanjutnya penetapan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember sendiri baru diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938.

Baca Juga: Puan Maharani Usul Kaji Wacana Presiden 3 Periode, Rizal Ramli: Lah Kok Nekat Mau Lagi? Ngelindur?

Serta puncak kemeriahan peringatan Hari Ibu yakni pada peringatan yang ke 25 pada tahun 1953.

Pada saat itu sebanyak kurang lebih 85 kota Indonesia dari Meulaboh sampai dengan Ternate merayakan peringatan Hari Ibu secara meriah dan juga suka cita.

Tetapi, untuk secara resmi sendiri telah ditetap tanggal 22 Desember sebagai hari ibu, saat Presiden Soekarno mengeluaran Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959.
Yang mana sejak saat itu mulai ditetap sebagai hari Ibu Nasional pada tanggal 22 Desember.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Senin, 21 Desember 2020: Benarkah Reyna Punya Orang Tua Angkat Baru?

Pada awalnya juga peringatan Hari Ibu ini diperingkatkan untuk mengenang semangat serta perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa Indonesia.

Selanjutnya misi itulah yang tercermin menjadi semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama.

Salah satu contoh saat peringatan 25 tahun Hari Ibu Di Solo, dirayakan dengan membuat pasar amal yang hasilnya digunakan untuk membiayai Yayasan Kesejahteraan Buruh Wanita dan beasiswa untuk anak-anak perempuan.

Baca Juga: Bawa Sajam dan Narkoba, Polda Metro Jaya Tetapkan 7 Tersangka Simpatisan HRS dalam Aksi 1812

Kemudianpanitia Hari Ibu Solo juga biasanya mengadakan rapat umum yang mengeluarkan resolusi meminta pemerintah melakukan pengendalian harga, khususnya bahan-bahan makanan pokok.

Pada peringatan Hari Ibu tahun 1950 an, dirayakan dengan mengadakan pawai dan rapat umum yang menyuarakan kepentingan kaum perempuan secara langsung.

Serta ada satu sejarah penting yang tidak bisa kita lupakan adalah diangkat seorang perempuan menjadi menteri, yaitu Ibu Maria Ulfah yang pada tahun 1950 diangkat sebagai Menteri Sosial yang pertama oleh Presiden Soekarno.

Baca Juga: KPK Hari Ini Garap Pejabat Kemensos atas Dugaan Korupsi Berjamaah Mantan Mensos Juliari P Batubara

Kemudian saat kongres di Bandung tahun 1952 diusulkan untuk dibuat sebuah monumen, dan pada tahun berikutnya dibangunlah Balai Srikandi.

Ketua Kongres pertama Ibu Sukanto melakukan peletakkan batu pertama pembangunan tersebut, dan pada tahun 1956 diresmikan Balai Srikandi oleh menteri Maria Ulfah.

Yang akhirnya pada tahun 1983 Presiden Soeharto meresmikan keseluruhan kompleks monumen Balai Srikandi menjadi Mandala Bhakti Wanitatama di Jl. Laksda Adisucipto, Yogyakarta.

Baca Juga: Hari Ibu 2020, Berikut 30 Ucapan Selamat Hari Ibu Cocok Dijadikam Status di Facebook, Instagram, WA

Kiprah kaum perempuan sebelum kemerdekaan Indonesia adalah Kongres Perempuan ikut terlibat dalam pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri.

Hingga pada tahun 1973 Kowani berhasil menjadi anggota penuh International Council of Women (ICW) yang berperan sebagai dewan konsultatif kategori satu terhadap Perserikatan Bangsa Bangsa.***

Editor: Fitri Nursaniyah

Sumber: Kemdikbud LPMP Riau

Tags

Terkini

Terpopuler